<p>Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 7 September 2020. Rapat kerja tersebut membahas Laporan dan Pengesahan hasil Panja Pembahasan RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan (P2) APBN TA 2019. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional

Sri Mulyani Sebut Kerugian Ekonomi Akibat COVID-19 Capai Rp1.356 Triliun

  • Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerugian ekonomi yang dialami Indonesia akibat pandemi COVID-19 sepanjang tahun lalu mencapai Rp1.356 triliun.

Nasional
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerugian ekonomi yang dialami Indonesia akibat pandemi COVID-19 sepanjang tahun lalu mencapai Rp1.356 triliun.

Dana tersebut setara dengan 8,8% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020. Pandemi COVID-19 juga merubah skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.

“Tidak ada negara yang tidak terdampak COVID-19. Nilai ekonomi yang hilang akibat pandemi mencapai Rp1.356 triliun dan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja) kita bekerja sangat keras demi memulihkan keadaan,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat, Kamis 29 April 2021.

Belanja negara pada 2020 tercatat naik 12,3% year on year (yoy) dibandingkan 2019. Di sisi lain, berbagai stimulus dan relaksasi membuat penerimaan negara pada tahun lalu susut 16% yoy atau setara Rp312,8 triliun.

Beban APBN Masih Tinggi Tahun Ini

Bendahara Negara menjelaskan, kondisi itu masih akan berlangsung pada tahun ini. Pasalnya, Sri Mulyani mengatakan kalangan ekonomi lemah masih perlu ditopang bantuan pemerintah. Sementara itu, pemerintah juga masih perlu mengalokasikan dana stimulus agar masyarakat kelas menengah ke atas bisa mengungkit konsumsi.

“Ini masih perjalanan yang cukup panjang. Pada 2021 kita juga masih melihat kebutuhan yang meningkat dan pendapatan yang belum pulih karena kita memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelas Sri Mulyani.

Apalagi, belanja negara tumbuh 6% atau naik Rp156,6 triliun pada tahun ini. Sri Mulyani memastikan, belanja negara yang membengkak pada tahun ini menjadi basis awal pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tahun-tahun berikutnya.

“Pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari investasi dan ekspor sehingga tidak lagi membebani APBN,” terang Sri Mulyani.

Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, mengungkapkan pertumbuhan investasi dan ekspor bisa mencapai 6,6% dan 6,8% pada 2022.

Dalam menyongsong target tersebut, pemerintah lebih dahulu memulihkan perekonomian dengan stimulus APBN pada tahun ini.

“Belanja negara fokus pada prioritas dengan berorientasi pada hasil. Stabilitas daya tahan dengan bantuan sosial akan terus kami kawal agar lebih tepat sasaran dalam membantu masyarakat ekonomi lemah,” kata Sri Mulyani.

Kendati demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut pemerintah telah memasang skenario baru pertumbuhan ekonomi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memasang target pertumbuhan hingga 5,3% pada tahun ini.

Sementara itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mesti mencapai minimal 6,0% pada 2021 hingga 2024. 

Pada periode 2025 hingga 2035, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan bisa stabil di angka 5,6% agar bisa keluar dari middle income trap pada 2036. (RCS)