Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Transportasi dan Logistik

Sri Mulyani Sebut Penjualan Mobil Dan Motor Lesu Awal Tahun, Ini Sebabnya

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti trend penjualan mobil dan motor turun drastis pada Februari 2024 atau mengalami kontraksi 8 bulan berturut-turut.
Transportasi dan Logistik
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti trend penjualan mobil dan motor turun drastis pada Februari 2024 atau mengalami kontraksi 8 bulan berturut-turut.

Menurut Sri Mulyani penjualan mobil telah mengalami kontraksi 8 bulan berturut-turut di mana penjualannya minus 18,8% secara tahunan (YOY). Sedangkan untuk sepeda motor telah mengalami kontraksi selama 6 bulan berturut-turut hingga minus 2,9%.

"Ini berarti untuk pembelian barang yang bertahan lama seperti mobil dan motor mengalami tekanan. Meski, consumer index kuat. Ini yang perlu kita jaga" katanya dalam konvers APBN Kita dilansir Selasa, 26 Maret 2024.

Melansir data Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil secara wholesales sebanyak 70.657 unit pada Februari 2024, turun 18,8% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  

Sedangkan Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penjualan sepeda motor domestik mencapai 558.685 unit pada Februari 2024, turun 2,92% dari 575.502 penjualan pada periode sama tahun lalu.

Lebih lanjut bendahara negara ini mengatakan di tengah lesunya pembelian barang-barang tersebut indeks keyakinan konsumen (IKK) masih di level optimistis di level 123,1 per Februari. Sementara itu Mandiri Spending Index menurutnya masih di level yang menunjukkan konsumsi terjaga tinggi di level 43.

Adapun indeks penjualan riil juga masih tumbuh menguat, karena menurutnya terjaga di kisaran 3,6, Purchasing Manager's Index atau PMI Manufaktur juga masih di level ekspansif di level 52,7. Konsumsi listrik ia akui melemah untuk kalangan industri yang terkontraksi 0,8%, sedangkan di sisi bisnis masih tumbuh 10,5%.

Di sisi lain, ia melanjutkan, pajak pertambahan nilai untuk konsumsi dalam negeri (PPN DN) juga ia akui anjlok drastis. Hingga 15 Maret 2024 terkontraksi 25,8% dibanding periode yang sama tahun lalu, dengan nilai hanya sebesar Rp 65,03 triliun.

Namun, Sri Mulyani menekankan, terkontraksinya PPN DN itu disebabkan meningkatnya pengajuan restitusi akibat pada turun signifikannya harga-harga komoditas.

S&P Global melaporkan, PMI manufaktur Indonesia menyentuh skor 52,7 pada Februari 2024. Skor ini susut dari capaian sebelumnya yang berada di level 52,9 pada Januari 2024.