Sri Mulyani Soroti Sulitnya Investasi di Hulu Migas
- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) masih di hadapkan oleh ragam tantangan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Energi
NUSA DUA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) masih dihadapkan oleh ragam tantangan. Hal ini tentunya akan memengaruhi perekonomian Indonesia.
Menurut Menkeu, kinerja hulu migas terutama dari sisi investasi dapat mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19. Serta mampu menciptakan ketahanan energi untuk kebutuhan domestik.
"Kami menyadari bahwa investasi hulu migas masih menghadapi beberapa tantangan strategi. Tren penurunan lifting dan produksi migas," katanya di the 4thInternational Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG), Rabu 20 September 2023.
- Nasabah Naik 3,9%, Pegadaian Kanwil VII Denpasar Raup Omzet Rp3,80 Triliun
- Lagi, Anak Waskita Karya Tunda Bayar Kupon MTN
- Menakar Persaingan Geopolitik AS-China di Kepulauan Pasifik
Ditambah situasi geopolitik yang membuat dunia menghadapi tekanan, juga menjadi perhatian Menkeu. Suplai energi migas, iklim dan ancaman terhadap pergeseran energi juga turut menjadi faktor yang membuat investasi hulu migas nampak seret.
Hal ini dilihat dari penurunan lifting dan produksi migas berpengaruh terhadap penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2024, termasuk juga dalam penetapan Pendapatan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Di sisi lain, pemerintah melihat kebutuhan energi dasar di Indonesia akan terus tinggi. Dengan kawasan Indonesia yang sangat luas dan kini masuk ke dalam salah satu ekonomi besar di dunia, permintaan energi dalam negeri akan terus meningkat.
Tantangan dalam hal kebutuhan suplai energi juga tak terhindarkan. Bahkan Sri Mulyani menyebut minyak dan gas berkontribusi terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia. Hal tersebut perlu dibenahi, bagaimana negara sebesar Indonesia ini bisa tetap bertahan dan terus berkembang sekaligus mengatasi permasalahan sumber energi hulu.
Dalam kesempatan yang sama, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mengungkapkan, Indonesia memerlukan investasi mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp307,8 triliun (kurs Rp15,300 per dolar AS).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, hal ini untuk mendorong capaian target produksi sebesar 1 juta barrel per hari (BOPD) dan gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
"Target 2030 bisa dicapai dengan syarat kita melakukan aktivitas yang agresif dan investasi yang masif. Kita perlu mengebor lebih dari 1.000 sumur per tahun setelah 2025. Kita juga perlu menarik investasi lebih dari US$20 miliar per tahun,ujar Dwi dalam Pembukaan the 4thInternational Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG), Rabu 20 September 2023.
Dwi Soetjipto mengatakan, pertumbuhan investasi memiliki syarat penting yaitu iklim investasi yang menarik buat investor. Semenjak tahun 2020, daya tarik investasi hulu migas di Indonesia telah meningkat didukung oleh dukungan pemerintah melalui sistem fiskal yang lebih fleksibel dan pendukung lainnya yang menurunkan risiko investasi.
Namun demikian, beberapa area masih memerlukan perbaikan, yaitu dalam aspek legal dan kontraktual serta penemuan cadangan raksasa (giant discovery).