Sri Mulyani Waswas Efek Ekonomi Saat Donald Trump Kembali Menjabat
- Situasi ini kemudian akan cenderung menyebabkan terjadinya ketegangan yang makin tinggi
Makroekonomi
JAKARTA - Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ternyata perlu diwaspadai termasuk oleh Indonesia. Kebijakan-kebijakan Trump ditakutkan akan memundurkan progres menghambat krisis iklim hingga memicu perang dagang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pihaknya tengah mengantisipasi kebijakan yang akan dibuat Trump ke depan. Keseimbangan fiskal AS masih harus dipantau terus sebelum menentukan langkah lanjutan.
Adapun Trump, merupakan presiden ke-47 Amerika Serikat kandidat Partai Republik yang menggantikan Joe Biden dari Partai Demokrat. Ia akan mulai menjabat pada 20 Januari 2025.
- PusatFilm 21 Ilegal, ini 5 Rekomendasi Situs Nonton Film yang Aman
- LK21 dan IndoXXI Ilegal, Ini 6 Rekomendasi Situs Nonton Film Legal
- 27 Saham Turun, LQ45 Hari Ini 05 Desember 2024 Ditutup Melemah ke 874,45
Presiden terpilih itu berjanji akan menerapkan pembatasan yang ketat terhadap imigran, meningkatkan produksi bahan bakar fosil, dan membebankan tarif besar terhadap para mitra dagang terbesar AS. Kebijakan-kebijakan Trump ditakutkan akan memundurkan progres menghambat krisis iklim hingga memicu perang dagang.
“Situasi ini kemudian akan cenderung menyebabkan terjadinya ketegangan yang makin tinggi,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTA Edisi Desember di kantor Kementerian Keuangan, Rabu, 11 Desember 2024.
Berdasarkan data APBN Kita per November 2024, harga komoditas masih mengalami kontraksi misalnya Brent diangka US$72,1 per barel, secara MoM terkoreksi 2,3% dan juga terkoreksi secara year to date (ytd) di angka 6,4%, yoy terkoreksi 2,6%.
Lalu untuk batu bara US$133,8 per metric ton, secara MoM terkoreksi 6,7% dan juga terkoreksi secara ytd di angka 8,6%, yoy terkoreksi 22,8%. Tembaga US$9,232 per Mt, secara MoM terkoreksi 2,2% dan juga terkoreksi secara ytd di angka 7,9%, yoy terkoreksi 8,9%. Dan terakhir nikel US$15,996 per Mt secara MoM terkoreksi 2,4% dan juga terkoreksi secara ytd di angka 3,7%, yoy terkoreksi 22,1%.
Trump juga menjanjikan tarif besar terhadap tiga mitra dagang terbesarnya yakni Kanada, Meksiko, dan China. Ia mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 60% pada impor dari China.
Instrumen Proxy
Sri Mulyani menjelaskan bahwa tarif perdagangan menjadi instrumen proxy dalam persaingan dan ketegangan politik global. Hal ini, menurutnya, akan berdampak langsung pada perekonomian dunia. Apalagi AS yang terdampak kebijakan Trump mengalami pasar saham naik, namun juga defisit naik, utang naik, dan imbal hasil dari obligasi naik.
“Ini mempengaruhi keseluruhan dunia. Inflasi yang tadinya diperkirakan akan menurun tapi karena policy mengenai tarif kemudian menyebabkan kemungkinan kenaikan dari harga-harga. Ini juga akan menyebabkan inflasi di Amerika tertahan,” lanjutnya.
Bendahara negara itu mengatakan, tantangan terbesar yang harus diantisipasi Indonesia adalah dari sisi mitra dagang utama, yakni AS dan China. Harga saham dan aset di AS cenderung akan naik di bawah Trump, sementara China akan terbebani tarif 60% yang dijanjikan Trump.
Indonesia dan seluruh dunia harus mengantisipasi terjadinya hambatan perdagangan, harga komoditas tidak stabil karena adanya guncangan rantai pasokan, hingga tren dolar AS menguat.
Bendahara Negara ini menuturkan, kebijakan yang diambil Donald Trump bisa dianggap bullish dari sisi bisnis. Pasar saham AS diprediksi naik dan dibarengi dengan defisit anggaran negara yang juga naik.