Stabilitas Keuangan Masih Rawan, Kredit Konsumsi Melambat dan NPL Meningkat
JAKARTA – Kredit konsumsi perbankan diketahui terus melambat seiring dengan peningkatan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konsumsi per Juli 2020 hanya tumbuh sebesar 1,4% year-on-year (yoy). Sementara itu, NPL naik ke level 2,3%, tertinggi sepanjang 2020. Berdasarkan data yang dihimpun oleh PT Bank Mandiri (Persero) […]
Industri
JAKARTA – Kredit konsumsi perbankan diketahui terus melambat seiring dengan peningkatan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konsumsi per Juli 2020 hanya tumbuh sebesar 1,4% year-on-year (yoy). Sementara itu, NPL naik ke level 2,3%, tertinggi sepanjang 2020.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri, kredit konsumsi yang disalurkan kepada rumah tangga dan kredit pemilikan kendaraan bermotor (KKB) mengalami penurunan paling dalam.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“KKB secara umum mengalami kontraksi sejak April 2020 sebesar 1,9% yoy, kemudian per Juli terkontraksi lagi menjadi 11,9% (yoy) dengan NPL mencapai 2,9%,” tulis keterangan resmi perseroan, Selasa, 13 Oktober 2020.
Meskipun demikian, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit peralatan rumah tangga lainnya masih tumbuh positif walaupun mengalami perlambatan. Masing-masingnya hanya tumbuh 3,4% yoy dan 4,5% yoy. Dalam hal ini, NPL untuk KPR tercatat lebih tinggi ketimbang NPL KKB, yakni 3,2%.
Tak hanya itu, di sektor industri peer to peer lending (P2PL) pun juga ada risiko penurunan kualitas kredit. Diketahui, OJK melaporkan rasio TWP90 atau tingkat wanprestasi per Agustus sebesar 8,9%, melonjak dua kali lipat dari Maret 2020 sebesar 4,2%.
Rasio tersebut diprediksi masih terus meningkat di tengah nilai penyaluran yang terus tumbuh. Per Agustus 2020, nilai penyaluran pinjaman di Jawa tumbuh 4,2% secara bulanan atau month-to-month (mtm), demikian juga di luar Jawa yang tumbuh 4,1% mtm.
Bank Indonesia (BI) dan regulator terkait pun disarankan untuk terus menjaga daya tahan sektor keuangan. “Perlu upaya yang lebih masif, terkoordinasi dengan baik, dan konsisten untuk memastikan masyarakat optimistis dengan pemulihan ekonomi nasional,” tulis keterangan tersebut.
Menurutnya, hal ini penting mengingat aktivitas perekonomian hanya akan berjalan optimal ketika mobilitas masyarakat kembali meningkat.
Ketika kemampuan dan aktivitas ekonomi masyarakat berangsur pulih, lanjutnya, sektor keuangan lebih mampu untuk memitigasi risiko peningkatan kredit bermasalah yang tengah dihadapi saat ini.