kairo.jpg
Dunia

Stabilkan Ekonomi Bergejolak, Mesir Ajukan Utang Rp123,9 Triliun ke IMF

  • IMF mencatat adanya perbaikan kondisi ekonomi makro Mesir sejak bulan Maret 2024 lalu. Inflasi, yang sebelumnya menjadi ancaman serius bagi perekonomian negara, kini mulai terkendali.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

KAIRO – International Monetary Fund (IMF) telah memberikan persetujuan pencairan utang sebesar US$820 juta atau sekitar R12,7 triliun (kurs Rp15.500) kepada Mesir. 

Pencairan tersebut merupakan bagian dari program pinjaman senilai US$8 miliar atau sekitar Rp123,9 triliun yang telah disepakati sebelumny. Diketahui Mesir membutuhkan anggaran yang besar untuk menstabilkan perekonomian negara. 

Program pinjaman ini telah dimulai pada Desember 2022 dan dijadwalkan akan berangsur-angsur dicairkan hingga September 2026. Rencananya, Mesir akan menggunakan anggaran utang untuk mendukung berbagai reformasi ekonomi yang sedang dijalankan oleh pemerintahan Abdel Fatah Al-Sisi.

Ekonomi Mesir Membaik

Dilansir Xinhua, Selasa, 27 Agustus 2024, IMF mencatat adanya perbaikan kondisi ekonomi makro Mesir sejak bulan Maret 2024 lalu. Inflasi, yang sebelumnya menjadi ancaman serius bagi perekonomian negara, kini mulai terkendali. 

Selain itu, masalah kekurangan devisa yang sempat mengancam stabilitas ekonomi Mesir jugaberhasil diatasi, selain itu pemerintah mampu memenuhi target-target fiskal yang telah ditetapkan dalam kerangka program ini.

Namun, IMF juga mengingatkan, Mesir masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tantangan regional, seperti konflik yang sedang berlangsung di Gaza dan Israel, serta ketegangan yang meningkat di wilayah Laut Merah, menjadi aspek krusial yang dapat mempengaruhi Mesir. 

IMF menekankan, Mesir perlu mengambil tindakan tegas untuk menghadapi tantangan-tantangan ini guna melindungi perekonomian dari dampak yang lebih buruk.

Rekomendasi IMF

Selain menghadapi tantangan regional, IMF juga merekomendasikan agar Mesir terus melakukan konsolidasi fiskal, meningkatkan mobilisasi pendapatan, dan mempercepat reformasi struktural. 

Langkah-langkah ini dinilai krusial untuk memperkuat pertumbuhan sektor swasta dan menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Krisis ekonomi yang dialami Mesir dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya kekurangan pasokan dolar AS didalam negeri, devaluasi tajam mata uang, dan munculnya pasar valuta asing paralel. 

Kondisi ini semakin diperburuk oleh dampak konflik di Gaza, yang berdampak negatif pada sektor pariwisata, Pariwisata diketahui menjadi salah satu sumber pendapatan utama negara, selain itu penurunan pendapatan dari Terusan Suez, jalur perdagangan yang sangat penting bagi Mesir akibat gejolak laut Merah juga berdampak buruk bagi stabilitas ekonomi Mesir.

Untuk menghadapi situasi ini, Mesir dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan momentum perbaikan ekonomi yang telah dicapai sembari terus menghadapi berbagai hambatan. 

Dukungan dari IMF, yang diwujudkan dalam bentuk pencairan dana, diharapkan dapat membantu Mesir melanjutkan pemulihan dan mencapai stabilitas ekonomi yang lebih kuat di masa depan. 

IMF juga menekankan pentingnya reformasi dan kebijakan yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.