<p>Kopiko adalah permen produksi PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang sudah diekspor ke berbagai negara / Facebook @mayora.corp</p>
Nasional

Standard Chartered Sebut AS Tergiur dengan Pasar Indonesia

  • Standard Chartered dalam sebuah survei baru baru ini mengungkapkan ketertarikan Amerika Serikat terhadap pertumbuhan pasar di Indonesia yang luar biasa.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Standard Chartered dalam sebuah survei baru baru ini mengungkapkan ketertarikan Amerika Serikat terhadap pertumbuhan pasar di Indonesia yang luar biasa.

Menurut survei terhadap 40 perusahaan AS pada Juli 2021, ditemukan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara pilihan utama untuk ekspansi perusahaan AS dalam mencari peluang pertumbuhan di kawasan ASEAN.

Hal itu tertuang dalam laporan berjudul "Borderless Business: US-ASEAN Corridor" yang mengamati peluang besar untuk pertumbuhan lintas batas di koridor perdagangan antara AS dan negara- negara di ASEAN baru-baru ini.

Disebutkan bahwa mayoritas perusahaan AS juga mengharapkan pertumbuhan bisnis yang kuat di wilayah ASEAN setahun ke depan. 

Dimana 93% responden mengharapkan peningkatan pendapatan mereka di kawasan ASEAN dan 86% berharap adanya ekspansi produksi.

Survei juga mengungkapkan bahwa para eksekutif perusahaan AS berfokus pada ekspansi untuk menangkap peluang penjualan dan produksi di Singapura (58%), Indonesia (45%), Thailand (43%), Filipina (38%), Malaysia dan Vietnam (keduanya sebesar 35%).

Regional Co-Head, Client Coverage, Asia, Corporate, Commercial and Institutional Banking Standard Chartered, Heidi Toribio mengatakan, ASEAN adalah pusat dari strategi bisnis Standard Chartered.

Sebagai pasar yang berkembang menarik untuk barang-barang konsumen, peralatan medis dan obat-obatan, kawasan ini menawarkan peluang yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan AS dalam memperluas jaringan produksi dan pasokan mereka.

"Sebagai satu-satunya bank internasional dengan kehadiran di 10 negara di ASEAN, kami memainkan peran penting dalam mendukung ambisi pertumbuhan para nasabah kami di kawasan ini," katanya dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Rabu, 22 September 2021.

Dengan populasi yang diproyeksikan meningkat menjadi 723 juta pada tahun 2030 dan 67% di antaranya diperkirakan berada di kelas menengah2, ASEAN akan terus menjadi pasar yang menarik bagi perusahaan-perusahaan AS.

Penduduk Indonesia yang saat ini jumlahnya lebih dari 270 juta orang tetap menjadi daya tarik terkuat bagi perusahaan AS untuk memperluas basis konsumen dan produksi mereka di kawasan ASEAN.

Sementara itu, CEO Americas Standard Chartered Steven Cranwell mengatakan berkat pasar yang cukup besar, peningkatan adopsi teknologi baru, dan kelas menengah yang berkembang pesat, ASEAN terus dipenuhi dengan peluang bisnis yang menarik bagi perusahaan AS.

Namun dia berharap perusahaan AS harus tetap mempertimbangkan kebijakan pemerintah setempat yang mulai fokus pada tata kelola, isu lingkungan dan menjaga kemitraan dengan industri lokal.

"Selagi perusahaan AS terus mengembangkan ambisi usahanya, laju pertumbuhan mereka di wilayah yang dinamis ini juga akan bergantung pada kemampuan mereka dalam mendiversifikasi produksi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasokan sehingga tetap selaras dengan harapan konsumen dan prioritas pemerintah," katanya.

AS Sumber Investasi Terbesar Indonesia

 Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), AS masih menjadi salah satu dari 10 negara dengan sumber investasi terbesar bagi Indonesia.

Adapun penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) pada triwulan II tahun 2021 meningkat 19,6% dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2020, dan naik 4,5% dari triwulan I tahun 2021.

Sementara, realisasi investasi April-Juni 2021 (kuartal II 2021) mencapai Rp223,0 triliun dan total data realisasi investasi Januari-Juni 2021 mencapai Rp442,8 triliun. 

Selain potensi peningkatan permintaan untuk barang-barang berkualitas lebih tinggi, akses ke sumber daya manusia ASEAN yang kuat dengan kecakapan tinggi dalam bahasa Inggris juga memberikan daya tarik yang kuat bagi perusahaan-perusahaan AS yang ingin memanfaatkan tenaga kerja di kawasan ini.

Akses ke pasar konsumen ASEAN yang besar dan berkembang (70%), ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan dalm jumlah besar (53%), serta diversifikasi jejak produksi (40%) adalah sejumlah pendorong5 penting untuk ekspansi ke kawasan ini, menurut eksekutif senior perusahaan AS yang disurvei.

Selain itu, hampir separuh (43%) responden mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan investasi di ASEAN selama 3-5 tahun ke depan untuk memanfaatkan peluang yang akan dibawa oleh ratifikasi perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).

Waspadai Risiko Bisnis

Terlepas dari optimisme mereka, para eksekutif AS yang disurvei mengakui adanya risiko di ASEAN yang harus dimitigasi.

Tiga risiko teratas yang teridentifikasi adalah ketidakpastian geopolitik dan konflik perdagangan (73%), pemulihan ekonomi yang lambat dan penurunan minat belanja konsumen (65%), serta pandemi COVID-19 atau krisis kesehatan lainnya yang sedang berlangsung (63%). 

Lebih lanjut, para responden juga setuju bahwa penyesuaian model bisnis mereka dengan praktik dan kondisi industri di ASEAN (68%), pemahaman akan peraturan regional, metode pembayaran dan infrastruktur (60%), serta hubungan dengan pemasok dan adapatasi rantai pasokan logistik (55%) adalah sejumlah tantangan paling signifikan yang mereka antisipasi dalam 6-12 bulan ke depan.

Untuk mendorong pertumbuhan yang tangguh dan seimbang di ASEAN serta untuk mengurangi risiko-risiko dan tantangan-tantangan tersebut, para eksekutif yang disurvei mengidentifikasi beberapa area terpenting yang dapat menjadi fokus perusahaan mereka.

Misalnya, membentuk perusahaan patungan baru untuk meningkatkan kehadiran pasar (68%), berinvestasi dalam kepemimpinan dan pengembangan bakat (53%), serta melaksanakan program transformasi digital (48%).

Untuk mendukung pertumbuhan mereka, perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka mencari mitra perbankan yang menawarkan layanan pembiayaan korporasi dan penggalangan modal satu atap (50%).

Termasuk melindung nilai valuta asing dan layanan penyelesaian dalam berbagai mata uang (48%), serta jaringan lintas batas dan pemahaman pasar lokal yang komprehensif (48%).*