<p>Ilustrasi startup pendidikan yang makin moncer / Sujith Sukumar-The Passage</p>
Nasional

Startup Pendidikan: Status Unicorn Dikejar, Saat Wabah Justru Kian Bersinar

  • CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara rela melepas jabatan Staf Khusus Presiden Jokowi setelah dia mendapatkan proyek Kartu Prakerja. Ruangguru digadang-gadang bakal menjadi unicorn baru di Indonesia tahun ini.

Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia. Karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia. Ungkapan itulah yang pernah disampaikan Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan sekaligus aktivis antirasialisme.

Faktanya, pendidikan merupakan suatu kebutuhan utama bagi banyak orang, terlepas dari status sosial yang melekat pada dirinya. Bahkan, tak sedikit orang tua yang banting tulang hanya untuk membiayai pendidikan sang anak.

“Tak apa miskin, yang penting anak-anak bisa sekolah.”

Ucapan seperti ini mungkin tak asing di telinga kita. Walaupun mungkin hanya pernah didengar melalui sebuah reality show di televisi. Ungkapan itu kerap keluar dari mulut seorang bapak atau ibu dengan penuh harap agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan tinggi, tak peduli sekalipun keadaan sulit.

Saat ini, jumlah peserta didik di Indonesia hampir mencapai seperempat dari total penduduk. Itu belum termasuk jumlah mahasiswa sebanyak 5 juta jiwa lebih.

Kendati demikian, di era sekarang, pendidikan bukan melulu soal sekolah. Terapan-terapan soal pendidikan semakin berkembang dan meluas. Tak terbatas pada ruang kelas. Mulai dari bimbingan belajar (bimbel), sekolah non-formal, hingga kegiatan bootcamp untuk memperdalam suatu keahlian.

Tidak sedikit orang yang menyandang status expert di bidang tertentu tanpa melalui pendidikan formal. Masih ingat dengan cerita bocah SMP di Tangerang yang berhasil meretas situs Badan Antariksa milik pemerintah Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA)?

Remaja bernama Aji ini mengaku tidak pernah mendapatkan keahlian tersebut di sekolahnya. Namun kepiawaiannya dalam hal programming diakui dan diapresiasi para ahli IT dalam dan luar negeri.

Aji merupakan salah satu dari banyaknya individu yang berhasil mendapatkan keahliannya tanpa harus mengenyam bangku sekolah. Meskipun begitu, kita tidak bisa menampik bahwa pendidikan formal tetap diperlukan.

Ilustrasi sekolah online di Ruangguru / Ruangguru.com

Panggung EduTech

Masuk pada era industri 4.0, dunia pendidikan juga mengalami perubahan paradigma yang cukup besar. Ditempatkannya mantan bos Gojek Indonesia, Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) turut membuat sektor pendidikan dalam negeri kental dengan teknologi.

Dukungan terhadap pemanfaatan teknologi pada industri pendidikan semakin deras. Hal ini tampak dari munculnya perusahaan-perusahaan rintisan (startup) sektor edukasi di Tanah Air. Salah satu yang paling tersohor adalah Ruangguru.

Ruangguru dianggap sukses menciptakan gebrakan baru pada dunia pendidikan. Platform ini membuat proses belajar mengajar dilakukan secara online. Hal ini turut mengundang para pemain lain untuk merambah bisnis EduTech. IndonesiaX, HarukaEdu, Arkademy, Zenius, Quipper, serta Cakap merupakan beberapa bukti lain atas perkembangan bisnis startup pendidikan.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan startup di bidang pendidikan sangat berpotensi menjadi unicorn tahun ini. Ruangguru digadang-gadang menjadi startup EduTech lokal pertama yang menyandang predikat tersebut.

Unicorn merupakan sebuah predikat yang disematkan kepada perusahaan rintisian berbasis teknologi yang memiliki nilai valuasi US$1 miliar setara Rp14,8 triliun.

Menurutnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan dalam bentuk digital saat ini sangat tinggi. Terlebih, kemudahan dan efisiensi menambah nilai dari penggunaan platform EduTech.

“Tampaknya kebutuhan spesifik, yaitu pendidikan dalam bentuk digital akan menjadi salah satu potensial unicorn masa depan,” kata dia beberapa waktu lalu.

Sementara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memprediksi bidang pendidikan akan menjadi pasar potensial bagi pelaku industri kreatif untuk memulai startup dalam lima tahun ke depan.

Deputi Akses Permodalan Kemenparekraf Fadjar Hutomo mendorong lahirnya startup sektor ini. Dia berharap dengan banyaknya pengguna platform EduTech, dapat sejalan dengan lahirnya startup di sektor tersebut.

“Sebelum kita bicara unicorn, penting juga untuk bangun zebranya. ‘Kan unicorn itu lahir dari proses zebra-zebranya,” kata Fadjar kepada wartawan dalam sebuah kesempatan.

Brain Academy Ruangguru/ brainacademy.id

Trafik Melonjak

Adanya pembatasan sosial membuat aktivitas belajar di sekolah ditiadakan. Hal ini mendorong platform belajar online dibanjiri oleh masyarakat Indonesia.

Quipper misalnya, dalam kurun waktu sepekan sejak aktivitas sekolah ditiadakan pada Maret lalu, sudah ada 20.000 kelas daring yang dilaksanakan. Quipper merupakan aplikasi kelas online yang dapat dibuat oleh para guru.

Bahkan, pengguna platform Quipper selama sepekan mencapai 8.000 lebih dari hampir 4.500 sekolah. Jumlah ini meningkat sebanyak 30 kali lipat dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya.

Hal serupa juga dialami oleh Ruangguru dan Zenius. Keduanya mencatatkan lonjakan pengguna yang signifikan di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) awal.

Bahkan akses pada Ruangguru meroket menjadi 1 juta pengguna per harinya. Menariknya lagi, jumlah unduhan aplikasi ini sempat menduduki peringkat pertama di Google Play Store Indonesia per 17 Maret lalu, mengalahkan total unduhan WhatsApp dan TikTok.

“Kami kaget dan juga terharu bahwa pada hari pertama dibukanya Sekolah Online Ruangguru Gratis, sudah lebih dari satu juta siswa di Indonesia yang merasakan manfaat dari layanan terbaru kami,” ucap  CEO Ruangguru, Adamas Belva Syah Devara dalam siaran pers kala itu.

Keysha (8) mengikuti pelajaran secara online didampingi ibundanya di gerai ayam krispy tempat ibunya bekerja, di Jalan Bukit Duri Tanjakan, Gang Langgar, Jakarta Selatan, Selasa, 28 Juli 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Bekas Stafsus Jokowi

Beberapa waktu lalu nama Adamas Belva Syah Devara menjadi perhatian publik. Ia mendapatkan kritik keras akibat perusahaan rintisannya, Ruangguru menjadi salah satu mitra dari proyek pemerintah, yakni Kartu Prakerja.

Di balik polemik tersebut, Adamas Belva Syah Devara bersama Muhammad Iman Usman sukses membawa Ruangguru menjadi pionir startup pendidikan di Bumi Pertiwi. Satu tahun sejak didirikan pada 2014, Ruangguru berhasil dilirik oleh kaum milenial.

Ruangguru menawarkan berbagai macam layanan penggunanya. Masyarakat hanya perlu berlangganan untuk bisa mendapatkan layanan di platform ini. Harganya pun relatif terjangkau.

Pertama, pengguna akan mendapatkan ruang belajar online. Di dalamnya terdapat berbagai macam mata pelajaran yang disampaikan oleh tutor melalui sebuah video. Persis seperti di sekolah pada umumnya. Aktivitas belajar ini dilengkapi dengan latihan soal untuk melihat pemahaman pengguna tentang materi yang disampaikan.

Selanjutnya, dalam Ruangguru juga terdapat layanan digital bootcamp. Pengguna akan memperoleh kesempatan untuk belajar dengan grup online se-Indonesia guna mendapatkan keahlian tertentu.

Lalu ada ruang bimbingan belajar atau bimbel. Pengguna dapat memanggil atau meminta guru bimbel untuk datang ke rumah.  Layanan ini juga menyediakan opsi ruang bimbel secara daring.

Terakhir, melalui aplikasi ini, para pengguna juga dapat melakukan proses try out secara online. Layanan ini dikhususkan bagi siswa kelas 6, 9, dan 12 sebagai pemantapan dalam menghadapi ujian akhir.

Melalui inovasinya, Ruangguru berhasil menyabet banyak penghargaan, seperti startup pendidikan terbaik di Indonesia. Tak hanya itu, perusahaan rintisan ini sempat menerima penghargaan lain dari Google Launchpad Accelerator, UNICEF Youth Innovation Forum 2015, BUBU Awards, MIT Solve, the Atlassian Foundation – Atlassian Prize, dan Rice Bowl Startup Awards 2016 – Best Social Entrepreneur for TechStartup.

Kartu Prakerja adalah program Jokowi dengan dana lebih dari Rp20 triliun / www.prakerja.go.id

Kue Kartu Prakerja

Pemerintah juga turut memberikan perhatian pada startup di bidang pendidikan. Buktinya, beberapa platform EduTech dipilih sebagai mitra program Kartu Prakerja.

Kartu Prakerja adalah program pemerintah untuk pengembangan kompetensi kerja yang ditujukan untuk para pencari kerja, pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi.

Pemerintah mengeluarkan sejumlah dana bagi setiap pemegang kartu ini yang khusus digunakan untuk mengakses pelatihan melalui mitra yang ditunjuk. Jumlah dana yang digelontorkan juga tidak main-main, Rp20 triliun uang APBN diperuntukkan bagi program ini.

Tentunya ini menjadi angin segar pagi pelaku startup pendidikan. Hal ini juga yang membuat pamor EduTech semakin menanjak. Selain itu, fenomena ini dipercaya dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis tersebut.

Skill Academy dari Ruangguru bersama MauBelajarApa, Pintaria dari HarukaEdu, SekolahMu, dan Pijar Mahir adalah platform EduTech yang dipilih pemerintah sebagai tempat para penerima manfaat Kartu Prakerja untuk memilih pelatihan yang mereka minati. Di samping itu, ada dua perusahaan e-commerce raksasa lokal yang turut menyediakan layanan serupa, yakni Bukalapak dan Tokopedia.

CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara yang akhirnya mundur dari jabatan Staf Khusus Presiden Joko Widodo / Setkab.go.id

Resign Demi Unicorn

Pada akhir tahun lalu, Ruangguru telah mengumpulkan pendanaan seri C senilai US$150 juta atau sekitar Rp2,2 triliun dengan asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS. Investasi ini dipimpin oleh modal ventura asal Amerika Serikat (AS), General Atlantic dan GGV Capital. Padahal sebelumnya, SoftBank sempat dikabarkan akan berinvestasi di Ruangguru.

Investasi asing tersebut diikuti oleh EV Growth, UOB Venture Management, dan beberapa investor lain. Ruangguru telah melakukan ekspansi ke Vietnam. Dengan dana tersebut, perusahaan akan menggunakan tambahan modal guna mendukung pengembangan produk dan layanannya.

Managing Director General Atlantic India dan Asia Tenggara Sandeep Naik menilai model bisnis Ruangguru sangat sesuai dengan pasar di Indonesia. Baginya, pendidikan bukanlah sektor yang asing bagi kegiatan investasi perusahaannya.

Sementara, Managing Partner GGV Capital Jenny Lee menambahkan, pendidikan berbasis teknologi bagaikan ‘tesis mendasar’ dalam kegiatan investasi perusahaannya.

GGV Capital telah bermitra dengan berbagai perusahaan di bidang pendidikan seperti FengBian, HuoHua, ZuoYeBang, XiaoBu, Lambda School, dan LiuLiShuo.

“Tim kami siap untuk bekerja sama dengan segenap tim Ruangguru untuk mewujudkan visi mereka,” tukasnya melalui sebuah keterangan tertulis.

Sebelum menjajaki pendanaan Seri C, Ruangguru terlebih dahulu mendapatkan pendanaan Seri B yang dipimpin oleh UOB Venture Managament pada 2017 lalu. Namun nilainya tidak disebutkan. Sementara East Venture dan Venturra Capital merupakan jajaran pemodal utama Ruangguru.

Ruangguru diproyeksi memiliki potensi besar menjadi the next unicorn Indonesia. Tak pelak jika Adamas Belva Syah Devara melepas jabatan staf khusus presiden demi mengembangkan perusahaan rintisannya ini. Apalagi, dia telah mendapatkan sejumlah kucuran dana yang tidak sedikit melalui program Kartu Prakerja. (SKO)