<p>Pewarta mengambil gambar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jum&#8217;at, 20 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Stochastic Terkonsolidasi Positif jadi Sinyal Penguatan IHSG, Simak Rekomendasi Saham Reliance

  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Senin, 27 September 2021, melanjutkan reli pada perdagangan pada akhir pekan lalu yang berhasil parkir di zona hijau.

Pasar Modal

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Senin, 27 September 2021, melanjutkan reli pada perdagangan pada akhir pekan lalu yang berhasil parkir di zona hijau.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan bahwa IHSG menguji resistance upper bollinger bands setelah di pertengahan pekan lalu sempat bergerak whipsaw pada level support lower bollinger bands dan Moving Average (MA) 200 hari.

Sementara itu, lanjut dia, arah pergerakan masih cenderung positif dalam uptrend jangka menengah dengan target resistance selanjutnya berada di 6.150 - 6.200. Indikator stochastic terkonsolidasi positif pada area dekat overbought.

"Sehingga secara teknikal IHSG berpotensi melanjutkan penguatannya pada awal pekan dengan support resistance 6.106 - 6.198," ujarnya dikutip dari riset yang diterima TrenAsia.com, Senin, 27 September 2021.

Selain analisis tersebut, Lanjar juga merekomendasikan sejumlah saham yang menurutnya layak untuk disimak dan dapat menjadi pertimbangan para investor. Di antaranya ANTM, ASII, BFIN, CPIN, HOKI, ICBP, MCAS, SMGR, SMRA, TBIG, dan TINS.

Sebelumnya, IHSG naik tipis 0,03% ke level 6.144,82 dengan pergerakan yang cenderung berfluktuatif melemah selama jam perdagangan akhir pekan lalu. Indeks sektor energi, konsumer non-primer, dan properti menjadi pemimpin penguatan sektoral pada hari itu.

Investor asing turut mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp1,43 triliun dengan saham BBRI, BUKA, BBCA, ADRO dan UNTR yang menjadi top net buy value. Kekhawatiran investor mengenai dampak domino akibat krisis hutang di Tiongkok dan ketidakpastian pemangkasan stimulus di AS yang berkurang menjadi faktor utama.