Lego
Industri

Stop Brick Berbahan Plastik Bebas Minyak, Lego Kian Pusing untuk Bisa Green

  • Atas kegagalan pengembangan bahan baru tersebut, Lego menghadapi kebuntuan dalam transisi perusahaan menuju lebih hijau.

Industri

Bintang Surya Laksana

BILLUND - Produsen mainan terbesar di dunia asal Denmark, Lego pada 24 September 2023 lalu mengumumkan menghentikan upayanya menciptakan brick berbahan plastik bebas minyak. Hal tersebut karena Lego menemukan  bahan baru yang disebut polietilen tereftalat daur ulang (RPET) dapat menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi seperti dilansir dari Financial Times.

Dua tahun lalu, Lego mengumumkan telah menguji prototipe brick yang disebut lebih ramah lingkungan dibanding bahan pembuatan saat ini yang digunakan pada sekitar 80 persen dari miliaran mainan yang dibuat setiap tahunnya.

Chief Executive Lego, Niels Christiansen menyebutkan RPET menyebabkan emisi karbon yang lebih tinggi selama masa produksi karena mengharuskan penggunaan peralatan baru. 

Atas kegagalan pengembangan bahan baru tersebut, Lego menghadapi kebuntuan dalam transisi perusahaan menuju lebih green untuk keberlanjutan.

Christiansen menyebutkan Lego sendiri telah mencoba berbagai material namun tetap mengalami kebuntuan untuk mendapatkan bahan yang tepat untuk produk mainannya.

“Pada awalnya, ada keyakinan bahwa lebih mudah untuk menemukan bahan ajaib atau bahan baru ini yang akan memecahkan masalah keberlanjutan,” ujar Christiansen 

Lego sendiri telah mencoba beralih menuju perusahaan yang lebih hijau sejak 2018 dengan mengganti polietilena berbahan minyak dengan versi nabati. Perusahaan juga mengganti kemasan plastik sekali pakai dengan wadah kertas.

Head of Sustainability Lego, Tim Brooks menyebutkan RPET tidak bisa disamakan dengan material plastik yang umumnya digunakan oleh Lego. Hal tersebut karena RPET lebih lembut sehingga perlu material lain untuk memberikan kekuatan dan daya tahan mainan. 

Untuk mengatasi masalah keberlanjutan ini, Lego akan tetap menggunakan material yang biasa digunakan, acrylonitrile butadiene styrene (ABS) namun secara bertahap akan menambahkan material berbasis bio dan daur ulang.

Christiansen menyebutkan perusahaan akan mengalokasikan dana sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp46 triliun (kurs Rp15.350) per tahun pada tahun 2025 mendatang untuk bidang keberlanjutan.