<p>PT AKR Corporindo Tbk / Dok Perusahaan </p>
Industri

Strategi AKR Corporindo Genjot Laba di tengah Penurunan Pendapatan

  • Laba bersih AKR Corporindo pada 2020 naik sebesar 29,6%. Padahal pendapatan perusahaan turun 18,73% dari tahun sebelumnya.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan penurunan pendapatan sebesar 18,37% menjadi Rp17,7 triliun pada 2020 dari sebelumnya yang sebesar Rp21,7 triliun pada 2019. Kendati demikian, laba bersih tahun berjalan perusahaan justru melejit 29,6% sepanjang 2020.

Laba bersih tahun berjalan perusahaan distribusi minyak ini naik dari Rp713,63 miliar pada 2019 menjadi Rp924,91 miliar pada 2020. Presiden Direktur PT AKR Corporindo Tbk Haryanto Adikoesoemo mengatakan, kinerja di tahun lalu menjadi bukti perusahaannya memiliki model bisnis yang kuat.

“Kinerja ini membuktikan AKR Corporindo stabil, konsisten, dan memiliki business model yang kuat. Sehingga meski ekonomi tengah terkontraksi, perusahaan masih bisa tumbuh signifikan laba bersihnya,” kata Haryanto dalam keterangan resmi, Kamis 25 maret 2021.

Strategi AKRA menjaga pertumbuhan laba bersih terlihat dari efisiensi beban perusahaan selama 2020. AKRA mampu memangkas beban penjualan sebesar Rp67,68 triliun atau setara dengan 54%. Beban penjualan AKRA menyusut dari Rp125,54 miliar pada 2019 menjadi Rp57,85 miliar tahun lalu.

Strategi AKRA juga mendatangkan pendapatan sewa yang sebelumnya tidak didapat AKRA pada 2019. AKRA tercatat menghimpun dana dari pendapatan kontrak dengan pelanggan sebesar Rp17,491 triliun. Adapun pendapatan sewa yang didapat AKRA mencapai Rp224,42 miliar.

Menurut Haryanto, kinerja AKRA yang tetap terjaga pada tahun lalu juga dipicu langkah investasi selama digenjot selama lima tahun terakhir. 

“Kami telah berinvestasi pada infrastruktur supply chain di seluruh pelabuhan utama di Indonesia. Sehingga kami bisa mencapai efisiensi dan pemakaian modal kerja,” ucap Haryanto.

Liabilitas emiten ini ikut susut 28,35% sebagai akibat penurunan pada utang usaha yang berasal dari pembelian persedian Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal itu dipengaruhi oleh tertekannya harga minyak dunia sepanjang 2020.

“Kami yakin ke depan perusahaan bias tumbuh double digit karena business model yang kuat. Lalu juga monetisasi aset-aset yang telah kita investasikan dalam lima tahun terakhir,” jelas Haryanto.

Salah satu investasi yang dikelola AKRA ialah Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE). Emiten ini telah berhasil menjual tanah di wilayah JIIPE hingga 14 hektare. AKRA sebelumnya menguasai 12,5 hektare tanah di proyek ini dengan nilai mencapai Rp6 triliun.

“JIIPE telah berhasil menjual lahan seluas 14 hektar. Sehingga kami yakin perusahaan akan mencapai salah satu profit yang tinggi di kuartal ini,” pungkasnya.