Karyawan beraktifitas di dekat logo berbagai asuransi jiwa di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin, 13 Desember 2021 . Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
IKNB

Strategi Asuransi Jiwa Siasati Investasi Anjlok karena Fluktuasi Ekonomi

  • Untuk memitigasi penurunan hasil investasi yang lebih dalam, industri asuransi jiwa pun berupaya mendiversifikasi portofolio ke instrumen yang cenderung lebih stabil dan resilien dalam menghadapi fluktuasi ekonomi.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon mengungkapkan penurunan pendapatan industri dipengaruhi penurunan hasil investasi yang diperoleh industri pada semester pertama tahun ini.

Dalam paparannya, Budi menjelaskan penurunan pada total pendapatan ini terutama disebabkan oleh penurunan hasil investasi.  “Pada semester pertama tahun 2024, industri asuransi jiwa memperoleh hasil investasi sebesar Rp12,32 triliun, yang mengalami penurunan signifikan sebesar 26,4% dibandingkan semester pertama tahun 2023,” kata Budi dalam konferensi pers paparan kinerja AAJI semester I-2024 di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024. 

Menurutnya, penurunan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang turut mempengaruhi arus investasi di pasar modal, terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan sejak awal tahun.

Seiring dengan penurunan nilai investasi tersebut, industri asuransi jiwa Indonesia mencatatkan total pendapatan sebesar Rp105,25 triliun pada semester pertama tahun 2024 dengan penurunan 1,9% secara tahunan. 

Total Aset dan Investasi

Pada semester I-2024, total aset industri asuransi jiwa mencapai Rp616,91 triliun, naik 0,3% secara tahunan dari Rp615,01 triliun yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sementara itu, total investasi industri asuransi jiwa hingga Juni 2024 tercatat sebesar Rp538,80 triliun atau setara dengan 87% dari total aset. Angka Rp538,8 triliun yang dibukukan mencerminkan kenaikan 0,01% dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Dari total investasi tersebut, sebanyak Rp194,60 triliun ditempatkan pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) sebagai bentuk dukungan program-program pembangunan jangka panjang pemerintah. 

Kepala Departemen R&D AAJI, Benny Hadiwibowo, menyatakan total investasi industri asuransi jiwa hingga Juni 2024 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Stabilitas ini mencerminkan daya tahan industri di tengah dinamika pasar dan fluktuasi ekonomi global.

“Industri asuransi jiwa juga berperan dalam menjaga stabilitas pasar modal Indonesia melalui penempatan investasi dalam bentuk saham sebesar Rp140,69 triliun, sukuk korporasi sebesar Rp46,62 triliun, dan reksadana sebesar Rp73,10 triliun," ujarnya, 

Pihaknya mencatat adanya penurunan hasil investasi yang dipengaruhi oleh volatilitas pasar saham, terutama penurunan IHSG. "Meskipun demikian, kami tetap berkomitmen mengelola portofolio investasi kami dengan hati-hati dan menerapkan strategi yang efektif untuk memitigasi risiko,” kata dia. 

Benny mengatakan, industri asuransi jiwa juga berperan dalam menjaga stabilitas pasar modal Indonesia melalui penempatan investasi dalam bentuk saham sebesar Rp140,69 triliun, sukuk korporasi sebesar Rp46,62 triliun, dan reksadana sebesar Rp73,10 triliun. 

“Kami mencatat adanya penurunan hasil investasi yang dipengaruhi oleh volatilitas pasar saham, terutama penurunan IHSG. Meskipun demikian, kami tetap berkomitmen mengelola portofolio investasi kami dengan hati-hati dan menerapkan strategi yang efektif untuk memitigasi risiko,” papar Benny. 

Baca Juga: Emiten Asuransi Anthoni Salim Jadi Target Akuisisi untuk Penuhi Modal Minimum

Strategi Industri dalam Memitigasi Penurunan Hasil Investasi

Untuk memitigasi penurunan hasil investasi yang lebih dalam, industri asuransi jiwa pun berupaya mendiversifikasi portofolio ke instrumen yang cenderung lebih stabil dan resilien dalam menghadapi fluktuasi ekonomi. 

Benny mengatakan, strategi tersebut tercermin dari portofolio investasi industri asuransi jiwa pada catatan akhir semester I-2024. Industri asuransi jiwa mendongkrak investasi mereka di instrumen yang lebih stabil seperti SBN, yang mana nilai portofolio industri mengalami peningkatan 23,8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Industri asuransi jiwa pun meningkatkan investasi di instrumen sukuk korporasi dengan kenaikan sebesar 6,1%. Kemudian, industri asuransi jiwa pun mendorong kenaikan investasi di instrumen bangunan dan tanah sebesar 11,3%. 

Sementara itu, industri asuransi jiwa mengurangi porsi investasi di instrumen saham dengan penurunan 11,1%. Industri asuransi jiwa pun menyusutkan portofolio instrumen deposito dan reksadana dengan penurunan masing-masing sebesar 7,1% dan 23,1%. 

Incar Stabilitas sebelum Turunnya Suku Bunga

Benny mengatakan saat ini industri asuransi jiwa berupaya untuk menjaga stabilitas keuangan dengan mendiversifikasi portofolio di instrumen yang cenderung lebih stabil seperti obligasi. 

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan nantinya pelaku industri akan mengincar imbal hasil atau return yang lebih besar seiring dengan penurunan suku bunga yang diproyeksikan akan terjadi pada kuartal IV tahun ini.

“Semuanya sebenarnya bergantung kembali kepada masing-masing perusahaan, tapi kemungkinan perusahaan pun akan mencari return yang lebih tinggi ketika suku bunga turun,” kata Benny. 

Selain suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI), saat ini industri masih memantau prospek investasi dengan mempertimbangkan konflik geopolitik yang masih memanas antara Palestina dan Israel, pemilu di Amerika Serikat (AS), dan transisi pemerintahan dalam negeri.