Ilustrasi industri migas
Energi

Strategi Baru KADIN Penuhi Target Produksi Minyak 1 Juta Barel

  • Sepanjang 2024, nilai impor bahan bakar minyak saja (tidak termasuk minyak mentah) tercatat US$25,9 miliar. Sebanyak 47,88% atau hampir separuh dari nilai impor bahan bakar tersebut berasal dari impor BBM ringan untuk kendaraan bermotor.

Energi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menegaskan akan memberikan dukungan penuh terhadap Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan produksi (lifting) minyak menjadi 1 juta barel per hari pada 2028-2029. 

Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) KADIN Indonesia, Aryo Djojohadikusumo menyatakan target lifting minyak menjadi 1 juta barel per hari adalah upaya konkret dan strategis untuk memperkuat kemandirian energi nasional dengan tidak lagi mengimpor minyak.

Menurut Aryo, pencapaian target tersebut memerlukan sinergi yang kuat antara pemerintah dan swasta untuk memastikan investasi yang cukup dalam teknologi, eksplorasi, dan pengelolaan sumber daya. 

“Itulah sebabnya diperlukan iklim usaha yang kondusif yang memberikan kepastian bagi para pelaku usaha sektor migas,” kata Aryo di Jakarta, Senin, 20 Januari 2025.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pascapandemi COVID-19 impor minyak Indonesia melonjak tajam. Tahun 2023, total volume impor minyak di luar gas (hanya minyak mentah dan bahan bakar) mencapai 45,21 juta ton. Jumlah tersebut naik 10,38% dibandingkan tahun 2022 sebesar 40,96 juta ton. Volume impor minyak juga terus meningkat seiring tren penurunan produksi dan kenaikan konsumsi.

Sepanjang 2024, nilai impor bahan bakar minyak saja (tidak termasuk minyak mentah) tercatat US$25,9 miliar. Sebanyak 47,88% atau hampir separuh dari nilai impor bahan bakar tersebut berasal dari impor BBM ringan untuk kendaraan bermotor. Tren peningkatan impor minyak selama ini menjadi salah satu penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia yang berpengaruh terhadap stabilitas moneter, khususnya tekanan terhadap cadangan devisa dan rupiah.

Aryo menjelaskan, pengurus KADIN Bidang ESDM periode 2024-2029 telah memiliki tiga program prioritas di sektor migas. Pertama, peningkatan produksi dan eksplorasi migas. Dalam program ini, KADIN akan mendorong kerjasama yang lebih erat antara pemerintah - swasta dalam mempercepat proses perizinan dan regulasi yang mendukung eksplorasi migas serta peningkatan investasi pada teknologi eksplorasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 

Strategi Baru

Tahun ini, KADIN akan mulai menjalankan Program “Eksplorasi Cerdas” yang bertujuan mengadopsi teknologi terkini seperti seismik 3D, analisis big data, dan kecerdasan buatan (AI).

Kedua, keberlanjutan dan efisiensi energi di sektor migas melalui Program “Migas Berkelanjutan”. Dalam program ini, KADIN akan mempromosikan teknologi untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasi migas dan mengembangkan kebijakan dan regulasi yang mendukung praktik migas berkelanjutan. 

Ketiga, pengembangan infrastruktur migas. Pemerintah bersama swasta akan berfokus pada peningkatan jaringan distribusi dan fasilitas penyimpanan migas yang andal. Tahun 2025, KADIN mulai menginisiasi Program “Infrastruktur Migas Terpadu” yang akan fokus pada daerah yang membutuhkan infrastruktur tambahan.

Wakil Ketua Komite Tetap Rencana Strategis dan Kelembagaan Bidang ESDM KADIN Indonesia, Dwi Wahyu Daryoto menyoroti pentingnya penyusunan rencana strategis yang komprehensif untuk mencapai target lifting minyak 1 juta barel/hari. “Kita harus fokus pada efisiensi operasional dan optimalisasi teknologi di sektor hulu migas. Dengan kerangka regulasi yang mendukung, kami yakin target lifting ini dapat tercapai,” kata dia.

Menurut Dwi, target ini juga akan memberikan dampak positif bagi stabilitas moneter khususnya nilai tukar rupiah, seiring berkurangnya beban impor minyak. Dengan adanya dukungan kuat dari KADIN dan pelaku usaha, target lifting minyak 1 juta barel per hari diharapkan dapat menjadi pilar penting dalam mewujudkan kemandirian energi nasional.

Oleh karena itu, KADIN mendorong pemerintah untuk memastikan kebijakan yang mendukung kemudahan berusaha, menciptakan stabilitas ekonomi dan politik, kepastian regulasi, penyederhanaan perizinan, pemberian insentif fiskal, serta penghapusan hambatan birokrasi yang dapat mengganggu perkembangan sektor migas. 

"Jika kondisi ini terpenuhi dunia usaha dapat lebih fokus memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan lifting minyak," jelas Dwi.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan Presiden dalam rapat di Hambalang akhir pekan lalu memintanya meningkatkan lifting minyak menjadi 1 juta barel per hari pada 2028-2029. Presiden menegaskan pentingnya langkah ini untuk mengatasi defisit akibat konsumsi minyak yang kini sudah mencapai 1,6 juta barel per hari, jauh di atas produksi domestik yang hanya 590 ribu barel per hari. 

“Kami ditargetkan pada 2028-2029 lifting kita harus mencapai 1 juta barel per hari agar kita tidak impor minyak lagi pada 2029. Penurunan lifting minyak dalam dua bulan terakhir juga menjadi perhatian serius Presiden,” pungkas Bahlil.