Strategi Bursa Efek Indonesia Kejar RRTH Rp14,75 Triliun di 2023
- Ditambahkan, pihaknya menatap 2023 dengan optimis namun tetap waspada. OPtimis karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 4,8-5%. Waspada lantaran diproyeksikan akan ada perfect storm berupa stagflasi.
Pasar Modal
JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyiapkan sejumlah strategi agar nilai rata-rata transaksi harian (RRTH) mencapai Rp14,75 triliun di 2023, dari prognosa 2022 senilai Rp13,75 triliun.
Salah satunya dengan menambah 1-2 penerbit structured warrant, atau instrumen finansial yang memungkinkan pemegangnya membeli atau menjual underlying efek pada harga dan periode tertentu. Hal ini mengacu pada negara tetangga, Malaysia. Di sana, structured warrant berkontribusi sekitar 2-5% dari total transaksi di Bursa Malaysia.
Saat ini, structured warrant yang diluncurkan sejak 19 September 2022 sudah berkembang menjadi 13 produk senilai Rp191,1 miliar dengan volume 627,4 juta saham dan frekuensi 55.767 kali.
- Sepanjang Tahun 2022, 10 Emiten Perbankan Ini Paling Anjlok Sahamnya!
- IHSG Tumbuh 4,09 Persen Jelang Akhir Tahun, Tertinggi Kedua di Bursa ASEAN
- Memulihkan Bisnis Perusahaan Jadi Tantangan Terbesar Garuda Indonesia (GIAA) di 2023
“Strategi kedua ya meluncurkan indeks baru terutama untuk ETF dan ESG, seperti yang kita sudah ada papan perhatian khusus untuk perlindungan investor. Ketiga, kita akan luncurkan single stock futures di kuartal III-2023," kata Iman dalam konferensi pers Kamis, 29 Desember 2022.
Ditambahkan, pihaknya menatap 2023 dengan optimis namun tetap waspada. OPtimis karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 4,8-5%. Waspada lantaran diproyeksikan akan ada perfect storm berupa stagflasi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri tumbuh 4,09% secara year-to-date (ytd) menjelang akhir tahun 2022 dan menjadi peningkatan tertinggi kedua di bursa ASEAN, setelah Singapura.
Pada 28 Desember 2022, IHSG ditutup di posisi 6.850,52. Sementara itu, pada 30 Desember 2021, IHSG tercatat di posisi 6.581,48. Pertumbuhan IHSG tahun 2022 melambat dibanding tahun 2021 yang bisa tumbuh 10%.
“Secara teknikal paling gampang melihat arah IHSG itu kombinasi antara monetary policy dan inflasi luar dan dalam negeri. Tapi kondisi sekarang kita jauh lebih beruntung. 5 tahun lalu 70% investor di bursa itu asing dan mereka flight to quality. Hari ini domestic investor kita sudah 70% sehingga kita bisa bertahan. Tapi konsep kita lebih kepada RRTH. IHSG tinggi kalau volumenya rendah ya tidak berdampak signifikan," tambah Iman.