
Strategi Efisiensi Berhasil, GOTO Pangkas Rugi hingga Rp85 Triliun di 2024
- Selain efisiensi, GOTO juga berhasil menggenjot lini bisnisnya. Pendapatan perusahaan meningkat 7,44% menjadi Rp15,89 triliun dari Rp14,79 triliun pada tahun sebelumnya.
Bursa Saham
JAKARTA – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mulai menunjukkan perbaikan kinerja keuangan dengan penyusutan signifikan pada rugi bersih. Pada 2024, rugi bersih tercatat sebesar Rp5,46 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan Rp90,52 triliun pada tahun sebelumnya.
Perbaikan ini didorong oleh efisiensi biaya operasional yang signifikan. Meskipun EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) masih negatif, angkanya membaik dari -Rp10,28 triliun pada 2023 menjadi -Rp1,5 triliun pada 2024. Penurunan beban pemasaran dan administrasi menjadi faktor utama dalam perbaikan ini.
Presiden Direktur GOTO, Patrick Walujo, menyatakan bahwa sepanjang 2024, perusahaan terus mencari cara baru dan efektif untuk bersaing dalam menjangkau konsumen di Indonesia. Ini tercermin dari pencapaian EBITDA grup yang disesuaikan mencapai Rp327 miliar untuk tahun penuh 2024.
- Laba BRI Anjlok di Awal Tahun, Begini Kata Pengamat
- Duo Hartono Kantongi Rp16,93 Triliun, Ini Daftar Penerima Dividen Jumbo BBCA
- Selain Duterte, Ini 10 Pemimpin Dunia yang Diadili Atas Pelanggaran HAM
“Kami telah melihat peningkatan signifikan dalam jumlah pengguna sepanjang tahun dan mengharapkan tren ini berlanjut hingga 2025 seiring dengan efektivitas strategi ekosistem kami,” ujar Patrick dalam keterangan resminya, Rabu, 12 Maret 2025.
Selain efisiensi, GOTO juga berhasil menggenjot lini bisnisnya. Pendapatan perusahaan meningkat 7,44% menjadi Rp15,89 triliun dari Rp14,79 triliun pada tahun sebelumnya. Bisnis GoPayLater serta kemitraan strategis Tokopedia dengan TikTok menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 12 Maret 2024, GOTO mencatat peningkatan pendapatan dari berbagai sektor. Imbalan jasa naik menjadi Rp5,80 triliun dari Rp5,23 triliun, sementara pendapatan jasa pengiriman tumbuh dari Rp4,89 triliun menjadi Rp5,34 triliun, mencerminkan meningkatnya permintaan layanan logistik.
Sektor pinjaman (lending) mencatat kenaikan signifikan sebesar 19,14%, dari Rp1,62 triliun menjadi Rp1,93 triliun. GoPayLater, sebagai bagian dari ekosistem Gojek, berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ini dengan semakin banyaknya pengguna yang memanfaatkan layanan cicilan.
Imbalan jasa e-commerce meningkat dari Rp550,84 miliar menjadi Rp621,87 miliar, berkat kolaborasi strategis antara Tokopedia dan TikTok yang mendorong lebih banyak transaksi belanja online serta memperkuat posisi Tokopedia di pasar e-commerce Indonesia.
Senada dengan bisnis jasa e-commerce, pendapatan iklan GOTO juga mengalami pertumbuhan, naik dari Rp500,99 miliar menjadi Rp554,99 miliar. Namun, pendapatan dari sektor lain mengalami penurunan 18,50%, dari Rp2,00 triliun menjadi Rp1,63 triliun, kemungkinan akibat berkurangnya pemasukan dari sumber non-operasional.
Meskipun pendapatan meningkat, GOTO masih menghadapi tantangan dalam mengelola biaya operasional. Beban pokok pendapatan naik dari Rp5,09 triliun menjadi Rp7,41 triliun, sementara beban umum dan administrasi berhasil ditekan dari Rp5,64 triliun menjadi Rp4,39 triliun.
- LokLok, LK21 dan IDLIX Ilegal, Berikut Situs Nonton Film Legal
- Bukan di LokLok-LK21, Berikut Cara Nonton Drakor When Life Gives You Tangerines
- Kasus Dugaan Korupsi Markup Iklan Bank BJB: Kronologi dan Perkembangan Terbaru
Beban pemasaran mengalami pengurangan signifikan, turun dari Rp6,43 triliun menjadi Rp2,85 triliun. Pengeluaran untuk pengembangan produk juga dipangkas dari Rp3,52 triliun menjadi Rp1,76 triliun, sejalan dengan strategi efisiensi perusahaan. Beban penyusutan dan amortisasi menurun drastis dari Rp2,67 triliun menjadi Rp744,18 miliar.
Dari sisi neraca keuangan, total aset GOTO mengalami penurunan. Pada 2024, total aset tercatat sebesar Rp43,21 triliun, turun dari Rp54,10 triliun. Aset lancar menyusut dari Rp33,62 triliun menjadi Rp26,34 triliun, sementara aset tidak lancar turun dari Rp20,48 triliun menjadi Rp16,87 triliun.
Namun, pengurangan aset ini diimbangi dengan penurunan total liabilitas dari Rp18,38 triliun menjadi Rp12,80 triliun. Ekuitas juga mengalami penurunan dari Rp35,72 triliun menjadi Rp30,40 triliun, mencerminkan strategi perusahaan dalam menyeimbangkan struktur keuangannya.
Secara keseluruhan, laporan keuangan GOTO menunjukkan tren positif dalam efisiensi biaya dan pertumbuhan pendapatan. Tantangan utama ke depan adalah menjaga momentum ini sambil terus menekan biaya operasional. Jika strategi efisiensi berlanjut, GOTO berpotensi mencapai profitabilitas dalam beberapa tahun ke depan.