Strategi Garuda Berhemat: Tutup Rute Internasional hingga Pangkas Jumlah Armada
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah mengkaji penutupan beberapa rute internasional. Selain mencari rute yang menguntungkan, upaya ini dikerahkan untuk mendukung pemangkasan jumlah armada yang menjadi beban keuangan perseroan.
Industri
JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah mengkaji penutupan beberapa rute internasional. Selain mencari rute yang menguntungkan, upaya ini dikerahkan untuk mendukung pemangkasan jumlah armada yang menjadi beban keuangan perseroan.
Emiten pelat merah itu bakal fokus menggarap rute domestik untuk mengerek kinerja demi melunasi utang Rp70 triliun.
Rute internasional yang tengah dipantau perseroan antara lain Jakarta-Amsterdam, Jakarta-Kuala Lumpur, hingga Jakarta-Seoul. Tiga rute itu masih dalam pengkajian untuk melihat prospek jangka panjang bisnis penerbangan internasional Garuda Indonesia.
Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap rute penerbangan yang telah resmi ditutup adalah Jakarta-Osaka. Penutupan juga bakal dilakukan untuk rute Jakarta-Perth, Jakarta-Melbourne pada Juli 2021.
“Melihat kondisi yang ada, dan tidak mungkin kita naikkan kargo, akhirnya kami harus hentikan rute-rute tersebut dan memantau rute-rute internasional lain,” kata Irfan dalam rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Selasa, 22 Juni 2021.
Selain itu, Irfan mengatakan bakal mengurangi jumlah penerbangan rute internasional yang kurang menguntungkan. Rute tujuan Singapura, kata Irfan, tengah dipangkas untuk mengurangi beban operasional perseroan.
Kurangi Armada
Di sisi lain, rute penerbangan internasional bakal ditambah perseroan, beberapa di antara adalah Jakarta-Bangkok, Hongkong, dan China. Berbanding lurus dengan kalibrasi ulang rute internasional, jumlah armada yang dimiliki Garuda Indonesia pun ikut susut.
Garuda Indonesia berencana hanya sisakan 66 unit pesawat yang beroperasi mulai 2022. Jumlah ini berkurang drastis dibandingkan kepemilikan pesawat Garuda Indonesia pada awal 2020 yang menyentuh 142 unit.
Jenis dan unit pesawat yang ada di Garuda Indonesia antara lain Boeing 777- 300 sebanyak 10 unit, Airbus 330- 900 sebanyak 3 unit, Airbus 330- 300 sebanyak 17 unit, Airbus 330-200 sebanyak 7 unit, Boeing 737-800 sebanyak 73 unit, Boeing 737-8 MAX 1 unit, CRJ 1000 sebanyak 18 unit dan ATR 72-600 sebanyak 13 unit.
Sisa pesawat yang tidak bakal digunakan Garuda Indonesia dikabarkan tengah dalam proses pengembalian ke lessor. Irfan mengabarkan Garuda Indonesia tengah rampung mengembalikan 20 pesawat ke beberapa lessor hingga saat ini.
Wakil Direktur Garuda Indonesia Dony Oskaria menyebut pengembalian pesawat ini sangat meringankan beban keuangan perseroan. Pasalnya, Garuda Indonesia harus merogoh kocek US$75 juta atau Rp1,08 triliun (asumsi kurs Rp14.407 per dolar Amerika Serikat) per bulan untuk biaya sewa dan perawatan pesawat.
“Yang kami bayar itu adalah leasing cost, maintenance reserve cost, yang nilainya US$80 juta tapi berhasil kami nego ke lessor menjadi US$75 juta per bulan,” kata Dony dalam kesempatan yang sama. (RCS)