Ilustrasi penanaman modal dan investasi dari investor asing ke Indonesia. Grafis: Deva Satria/TrenAsia
Gaya Hidup

Strategi Investasi Kala Bank Central Ramai-Ramai Naikkan Suku Bunganya

  • Memgatur investasi kala bank sentral naikkan suku bunga
Gaya Hidup
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

JAKARTA - Belakangan ini, Bank Central di beberapa negara kembali menaikkan suku bunga setelah lama menahannya terkait pandemi COVID-19 yang terjadi 2020 lalu.

Hal ini dilakukan demi menjaga kestabilan keuangan di tengah santernya isu inflasi yang menghantui sejumlah negara setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina Februari lalu.

Kenaikan suku bunga sekaligus bayangan inflasi tentunya menyebabkan sejumlah investor merasa khawatir perihal portofolio mereka. Pasalnya, pada beberapa portofolio, kedua hal ini menjadi krusial bagi naik atau turunnya nilai portofolio investasi.

Perencana keuangan AS dari Newell Wealth Management, Kyle Newell menyarankan dua strategi penyusunan portofolio saat suku bunga tengah naik.

Pertama, Ia menyarankan untuk memilih membeli value stock, yakni saham yang diperdagangkan dengan nilai lebih rendah dibanding dengan kinerja keuangan yang dicapai.

Seperti diketahui, value stock umumnya diharapkan memberi imbal hasil di atas rata-rata. Sebab perusahaan tersebut memiliki nilai yang dilandaskan pada proyeksi masa depan.

“Jika biaya melakukan bisnis meningkat, itu umumnya lebih merugikan perusahaan yang sedang berkembang,” kata Newell seperti dikutip TrenAsia.com Rabu, 24 Agustus 2022.

Strategi kedua, Newell menyarankan untuk memilih obligasi dengan tempo yang lebih pendek. Hal  ini disebabkan lantarn obligasi dan kenaikan suku bunga punya pergerakan yang berlawanan arah. Artinya, kenaikan suku bunga akan membuat nilai obligasi jatuh.

Ketika membangun portofolio obligasi, penasihat keuangan akan mempertimbangkan apa yang disebut durasi. Ini digunakan untuk mengukur sensitivitas obligasi terhadap perubahan suku bunga yang dinyatakan dalam tahun, faktor durasi dalam kupon, waktu jatuh tempo dan hasil yang dibayarkan melalui jangka waktu. 

Biasanya, semakin lama durasi obligasi, semakin sensitif terhadap kenaikan suku bunga, dan semakin turun harganya. 

“Saya ingin tetap berada di sisi yang lebih pendek,” kata Newell.