logo
<p>Jalan Tol Cinere-Serpong dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk siap beroperasi / Dok. Jasa Marga</p>
Bursa Saham

Strategi Jasa Marga (JSMR) Atasi Mudik 2025: Optimalkan Keuangan, dan Asset Recycling

  • Jasa Marga memproyeksikan volume lalu lintas keluar Jakarta selama 12 hari sebelum Lebaran mencapai 2,18 juta kendaraan, naik 1,1% dari tahun sebelumnya.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Menjelang musim mudik Lebaran 2025, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) menghadapi tantangan menjaga keseimbangan peningkatan trafik dan strategi bisnis berkelanjutan. JSMR mengoptimalkan pendapatan dengan penyesuaian tarif, diversifikasi bisnis, serta program asset recycling memperkuat neraca keuangan.

Jasa Marga memproyeksikan volume lalu lintas keluar Jakarta selama 12 hari sebelum Lebaran mencapai 2,18 juta kendaraan, naik 1,1% dari tahun sebelumnya. Kebijakan work from anywhere (WFA) pada 24–27 Maret 2025 berkontribusi terhadap peningkatan ini.

Menariknya, meskipun lalu lintas harian meningkat, puncak arus mudik 28 Maret 2025 diprediksi turun 9% dibandingkan 2024 menjadi 232.000 kendaraan. Strategi pengurangan kepadatan dilakukan dengan menerapkan potongan tarif sebesar 20% untuk mengurai volume kendaraan di waktu tertentu.

Optimalisasi Kinerja Keuangan dan Asset Recycling

Selain peningkatan mobilitas saat mudik, Jasa Marga aktif dalam asset recycling. Pada 2024, perseroan melepas 35% saham PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) kepada Metro Pacific Tollways Corp (MPTC) dan GIC Singapura senilai Rp15,75 triliun.

Langkah ini memperkuat permodalan dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Pada 2025, JSMR masih berencana melakukan divestasi aset. Manajemen memastikan sudah ada peminat, meski belum mengungkapkan detailnya. Langkah ini diharapkan mengurangi utang serta memperbaiki rasio keuangan perusahaan.

Dengan strategi ini, interest coverage ratio (ICR) meningkat ke 3,13x dan debt to EBITDA turun dari 6,9x pada 2023 menjadi 4,7x pada 2024. Keuangan yang lebih sehat membantu Jasa Marga menghadapi tantangan bisnis ke depan dengan lebih optimis.

Dinamika Keuangan dan Proyeksi Pertumbuhan

Jasa Marga mencatat pendapatan usaha Rp18,73 triliun pada 2024, tumbuh 20,32% YoY. EBITDA naik 27,3% YoY menjadi Rp12,62 triliun, dengan laba inti naik 36% YoY menjadi Rp3,7 triliun, menunjukkan fundamental keuangan yang solid.

Namun, laba bersih turun 33% YoY menjadi Rp4,53 triliun akibat kenaikan beban konstruksi dan operasional. J.P. Morgan mempertahankan rekomendasi netral dengan proyeksi pertumbuhan laba CAGR 4% pada 2024–2026, mengingat imbal hasil saham kurang dari 2%.

Sementara itu, BRI Danareksa tetap optimistis dengan rekomendasi beli dan target harga Rp6.200 per saham. Pertumbuhan laba serta kejutan positif dari sisi beban bunga menjadi faktor utama proyeksi positif terhadap kinerja keuangan Jasa Marga.

Prospek Jangka Panjang dan Tantangan yang Dihadapi

Peningkatan mobilitas masyarakat membawa prospek positif bagi JSMR, namun ada tantangan. Penyesuaian tarif tol dapat meningkatkan pendapatan, tetapi juga berpotensi mengurangi daya beli pengguna jalan, sehingga strategi ini perlu diterapkan secara hati-hati.

Selain itu, pemangkasan anggaran infrastruktur oleh pemerintah dalam beberapa tahun ke depan turut menjadi faktor yang perlu diperhitungkan. Dengan strategi diversifikasi pendapatan, efisiensi operasional, serta asset recycling, Jasa Marga optimistis menghadapi tantangan industri.

Dengan neraca keuangan yang lebih sehat, perusahaan yakin dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di industri jalan tol nasional. Jasa Marga terus beradaptasi dengan dinamika industri agar tetap kompetitif serta berkelanjutan dalam jangka panjang.