PT Askrindo Syariah
Industri

Strategi Tepat, Premi Bruto BUMN Askrindo Tembus Rp4,77 Triliun

  • Lewat strategi bisnis yang tepat, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo berhasil meraih premi bruto Rp4,77 triliun hingga kuartal III-2021.
Industri
Adinda Purnama Rachmani

Adinda Purnama Rachmani

Author

JAKARTA – Lewat strategi bisnis yang tepat, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo berhasil meraih premi bruto Rp4,77 triliun hingga kuartal III-2021.

Askrindo meraup laba sebelum pajak (earning before tax) senilai Rp917 miliar pada kuartal III-2021. Sepanjang periode 2019, laba sebelum pajak Askrindo tercatat Rp134 miliar yang melonjak pada 2020 senilai Rp1,11 triliun.

Direktur Utama Askrindo Priyastomo mengatakan perseroan dapat mengantisipasi gejolak dinamika dunia usaha dan makro ekonomi yang terjadi selama masa pandemi COVID-19.

"Capaian ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional Askrindo mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dengan strategi yang tepat. Pada kondisi new normal dan kinerja usaha yang baik ini dipengaruhi oleh komitmen, berbagai upaya dan continious improvement yang dilakukan manajemen dan seluruh jajaran pegawainya," kata Priyastomo dalam keterangan pers yang diterima Trenasia.com, Senin, 6 Desember 2021.

Selanjutnya, Priyastomo menjelaskan premi bruto dalam tiga tahun terakhir terus tumbuh. Kenaikan premi bruto mulai dari Rp5,89 triliun pada 2019 menjadi Rp6,42 triliun 2020 dan hingga kuartal III-2021 sudah mencapai Rp4,77 triliun.  

Pertumbuhan premi ditopang dari kegiatan usaha bisnis kredit usaha rakyat (KUR) dan kredit modal kerja pemulihan ekonomi nasional (KMK PEN) yang mengambil porsi 84% selama periode tersebut. Hasil underwriting pun meningkat dari Rp854 miliar pada 2019 menjadi Rp2,02 triliun 2020, hingga kuartal III-2021 mencapai Rp1,51 triliun.

"Hasil underwriting yang relatif baik ini menunjukkan upaya manajemen dapat menjaga kualitas akseptasi dengan baik. Kami menerapkan prinsip kehati-hatian pada setiap line of businesses dan konservatif dalam menghitung pencadangan, baik cadangan premi maupun cadangan teknis," tambahnya.

Angka beban underwriting cenderung menurun dari Rp2,72 triliun (2019) menjadi Rp1,8 triliun (2020) dan di kuartal III-2021 sebesar Rp1,27 triliun.  Sementara itu, hasil audit laporan keuangan konsolidasian tahun buku 2020 dan 2019 Askrindo yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Tanudireja, Wibisana, Rintis, dan Rekan (PwC) mendapat predikat Wajar Tanpa Modifikasi.

Priyastomo juga mengemukakan bahwa upaya menjaga kualitas akseptasi juga diikuti dengan pengendalian dan efisiensi biaya operasional. Pengendalian biaya ini dapat terlihat dari menurunnya angka beban usaha dari semula Rp1 triliun pada 2019 menjadi Rp699 miliar pada 2020, dan sebesar Rp560 miliar kuartal III-2021.  Sedangkan, beban lain-lain terlihat turun dari Rp394 miliar (2019) menjadi Rp302 miliar (2020), dan sebesar Rp151 miliar pada kuartal III-2021.

Total aset tumbuh 12%, jika melihat data 2019 sebesar Rp19,17 triliun menjadi Rp22,07 triliun pada 2020. Kini, total aset pada kuartal III-2021 mencapai Rp28,56 triliun.  Adapun kondisi tingkat kesehatan Askrindo terbilang sehat. Hal ini tercermin dari angka risk based capital (RBC) yang juga meningkat dari 345,74% pada 2019 menjadi 403,20% pada 2020, lalu pada kuartal III-2021 sebesar 588%.

Selanjutnya, rasio return of equity (ROE) menunjukkan peningkatan pada kuartal III-2021 sebesar 8%. Posisi ROE ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sama 2020 sebesar 6% dan turun tipis dibandingkan dengan periode sama pada 2019 sebesar 9%.

"Rasio return of asset (ROA) tidak mengalami perubahan pada kuartal III-2021 sebesar 3 persen dibanding kuartal III-2020 sebesar 3 persen," kata dia.