Studi: Efektivitas Vaksin Pfizer Terhadap Varian Delta Menurun Lebih Cepat daripada AstraZeneca
- Para peneliti dari Universitas Oxford telah menemukan bahwa COVID-19 varian delta bisa mengurangi kinerja umum vaksin Pfizer dan AstraZeneca
Dunia
JAKARTA - Para peneliti dari Universitas Oxford telah menemukan bahwa COVID-19 varian Delta bisa mengurangi kinerja umum vaksin Pfizer dan AstraZeneca.
Sebelumnya, vaksin Pfizer-BioNTech pada awalnya lebih efektif terhadap COVID-19 varian Delta daripada vaksin AstraZeneca.
Akan tetapi, akhir-akhir ini ditemukan bahwa perlindungan yang diberikan vaksin tersebut justru menurun lebih cepat.
- Dalam 3 Tahun, Kominfo Blokir 3.856 Konten Pinjol Ilegal
- Ada Stimulus dari OJK, Syarat Private Placement Kian Longgar
- Asosiasi Tanggapi Rencana Holding BUMN Panas Bumi dan IPO Pertamina Geothermal Energy
Mengutip dari laman The Independent, para ilmuwan dari Universitas Oxford telah mengonfirmasi bahwa kinerja umum dari dua dosis vaksin telah berkurang karena COVID-19 varian Delta, jika dibandingkan dengan varian Alpha yang sebelumnya.
Akan tetapi, dua dosis dari kedua vaksin tersebut sama-sama masih memberikan perlindungan yang sama yang diperoleh melalui infeksi alami.
Tampaknya, ada sediki perubahan dalam efektivitas vaksin AstraZeneca dalam waktu tiga bulan setelah dosis kedua. Sebaliknya, ada penurunan perlindungan yang jelas terlihat pada efektivitas vaksin Pfizer dalam jangka waktu yang sama ini.
- Tancap Gas KB Bukopin Usai Ditinggal Grup Bosowa
- Bank Banten (BEKS) Catat Lonjakan Pendapatan 262 Persen per Agustus 2021
- 10 Bank Pemilik Aset Terbesar di Indonesia 2021, Bank Mandiri Kudeta BRI
Analisis mengungkapkan bahwa untuk infeksi dengan viral load tinggi, perlindungan sebulan setelah dosis Pfizer kedua adalah 90 persen lebih besar daripada individu yang tidak divaksinasi, berkurang menjadi 85 persen setelah dua bulan dan 78 persen setelah tiga bulan.
Untuk AstraZeneca, perlindungan yang diberikan sekitar adalah 67, 65 dan 61 persen, kata para peneliti.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa mereka yang terinfeksi varian Delta setelah dosis kedua, memiliki tingkat virus yang serupa dengan orang yang tidak divaksinasi.
Penelitian juga menemukan bahwa dosis tunggal vaksin Moderna memiliki efektivitas yang sama atau lebih besar terhadap varian Delta sebagai dosis tunggal dari vaksin lain, tetapi para ilmuwan menambahkan bahwa mereka belum memiliki data tentang dosis kedua dari vaksin buatan Amerika Serikat tersebut.
Dr Alexander Edwards, seorang profesor di bidang Teknologi Biomedis di University of Reading, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa secara keseluruhan penelitian ini sangat baik karena menunjukkan bahwa meskipun varian Delta lebih mudah dalam menginfeksi orang yang divaksinasi daripada varian sebelumnya, vaksin masih bekerja dengan sangat baik.