Studi: Kemanjuran Vaksin Pfizer Berkurang 6 Bulan Usai Suntikan Kedua, Apa Masih Bisa Cegah Kematian?
- Studi menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin pfizer berkurang enam bulan usai suntikan kedua
Gaya Hidup
JAKARTA - Kemanjuran atau perlindungan terhadap paparan COVID-19 yang ditawarkan vaksin Pfizer dilaporkan terputus dalam beberapa bulan usai mendapatkan dosis kedua. Akan tetapi, perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian masih tetap efektif dan kuat.
Temuan ini muncul dari dua studi yang dilakukan di antara populasi yang sangat divaksinasi di Israel dan Qatar yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine.
Kedua studi tersebut dilaporkan memperkuat argumen bahwa seseorang yang telah mendapat vaksin secara penuh masih harus memastikan bahwa mereka telah mendapatkan perlindungan yang memadai terhadap COVID-19. Hal ini juga menunjukkan peningkatan peran suntikan booster yang diberikan kepada orang-orang enam bulan setelah mereka mendapat dua suntikan pertama.
- Kurs Dolar Hari Ini: Yield Obligasi AS Merosot, Rupiah Diramal Perkasa ke Rp14.200
- Potensi Profit Taking Tekan IHSG, Cek 5 Saham Unggulan NH Korindo Hari Ini
- IHSG Bergerak Sideways, Surya Fajar Sekuritas Pilih Saham WIKA, CPIN, dan ERAA
Seperti yang dilansir dari laman The Independent, salah satu penelitian yang dilakukan di antara 4.868 petugas kesehatan di Israel menunjukkan bahwa efektivitas vaksin di antara pria yang berusia 65 tahun atau lebih dan mereka yang mengalami imunosupresi (memiliki sistem kekebalan lemah) maka efektivitasnya akan berkurang enam bulan setelah mendapat dosis kedua.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat antibodi penetralisir, yang merupakan garis pertahanan pertama sistem kekebalan manusia terhadap infeksi, berkorelasi dengan perlindungan terhadap infeksi.
Studi Israel menunjukkan, pada penelitian lain yang diterbitkan, penurunan kekebalan yang diberikan oleh vaksin itu tidak khas untuk vaksin Covid, tetapi ditemukan juga penurunan vaksin terhadap penyakit lain.
Penelitian yang telah diterbitkan mengenai banyak vaksin, seperti vaksin campak, gondok, dan rubella, telah menunjukkan penurunan kecil setiap tahun sebesar 5% - 10% dalam tingkat antibodi penetralisir.
Tak hanya itu, di penelitian tersebut juga ditemukan ada penurunan yang signifikan signifikan dan cepat dalam respons humoral terhadap vaksin BNT162b2 (vaksin Pfizer dan BioNTech SE) yang diamati dalam beberapa bulan setelah vaksinasi.
- Utang Obligasi Rp2,12 Triliun Jatuh Tempo Sebentar Lagi, Bank Panin Siap Bayar?
- Waskita Karya (WSKT) Jual Tol Cibitung ke API sebesar Rp2,44 Triliun
- Lama ‘Menyamar’, JS Izumo Jepang akhirnya Resmi Jadi Kapal Induk
Para peneliti yang melakukan penelitian lain di Qatar menemukan bahwa perlindungan vaksin Pfizer terhadap infeksi mencapai puncaknya pada bulan pertama setelah dosis kedua dan kemudian menurun bulan demi bulan, sebelum mencapai tingkat rendah yaitu pada lima hingga tujuh bulan setelah dosis kedua.
Ini berarti sebagian besar populasi yang divaksinasi dapat kehilangan perlindungan terhadap infeksi dalam beberapa bulan mendatang, mungkin meningkatkan potensi gelombang epidemi baru. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa perlindungan yang diinduksi oleh BNT162b2 terhadap rawat inap dan kematian tetap tidak berkurang selama enam bulan setelah dosis kedua.
Studi tersebut juga memberi peringatan pada Qatar dan negara-negara lain yang telah memberikan vaksinasi secara masif tetap berisiko saat warganya lengah usai mendapat vaksin. Hal ini karena orang yang divaksinasi mungkin memiliki tingkat kontak sosial yang lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi dan mungkin juga memiliki kepatuhan yang lebih rendah terhadap langkah-langkah keamanan
Perilaku ini dapat mengurangi efektivitas vaksin di dunia nyata dibandingkan dengan efektivitas biologisnya, mungkin menjelaskan berkurangnya perlindungan. Sementara itu, penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet melaporkan temuan yang agak mirip mengenai efektivitas vaksin Pfizer.
Dikatakan kekebalan yang diberikan oleh vaksin turun menjadi 47 persen dari 88 persen enam bulan setelah dosis kedua. Studi tersebut mengatakan penurunan efektivitas bukan karena varian virus corona baru yang muncul, melainkan akibat berkurangnya kemanjuran, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.