<p>Gedung Krakatau Steel di kawasan Gatot Subroto Kuningan. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Industri

Sub Holding BUMN Krakatau Steel Ditaksir Raup Pendapatan Rp7,8 Triliun

  • Sub Holding Sarana Infrastruktur (SSI) di bawah induk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) diproyeksikan membukukan pendapatan hingga Rp7,8 triliun pada 2025.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Sub Holding Sarana Infrastruktur (SSI) di bawah induk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) diproyeksikan membukukan pendapatan hingga Rp7,8 triliun pada 2025.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut proyeksi pendapatan itu sejalan dengan derasnya arus investasi di bidang kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.

Empat bidang tersebut tercatat masuk dalam cakupan bisnis SSI. Sub holding ini terdiri dari PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (KDL), PT Krakatau Tirta Industri (KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera.

“Pembentukan SSI sebagai bagian transformasi Krakatau Steel meningkatkan nilai, dan mengoptimalkan kinerja. SSI harus dapat memanfaatkan peluang dari derasnya arus masuk investasi ke Indonesia yang memerlukan dukungan kawasan industri dengan fasilitas terintegrasi, dan berstandar internasional,” kata Erick dalam kunjungan kerja ke kantor Krakatau Steel, Selasa, 13 Juli 2021.

Menilik kembali laporan keuangan empat perusahaan pada 2020, anggota sub holding secara keseluruhan memiliki total pendapatan Rp3,4 triliun. Lalu, earning before interest taxes depreciation and amortization (EBITDA) berada di posisi Rp1 triliun.

Direktur Utama (Dirut) Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan empat anggota sub holding punya keunggulan masing-masing dalam bidang bisnisnya. Bila diintegrasikan dalam sub holding, integrasi ke empat anak usaha KRAS ini punya fundamental yang kokoh.

Pertama, KIEC mengelola 3.250 hektare (ha) lahan industri. Area kawasan industri yang dikelola ini merupakan salah satu dari lima kawasan industri terbesar di Indonesia.

Sementara KDL yang berkapasitas 120 Megawatt (MW), saat ini tengah membangun fasilitas energi terbarukan melalui energi surya terapung yang mulai beroperasi pada 2023.

Perusahaan lainnya, KTI menjadi penyedia jasa air industri dengan kapasitas 3.000 liter per detik di Cilegon. Saat ini, tengah dilakukan penambahan 1.600 liter per detik di Gresik, Kendari dan Sumbawa.

Terakhir, KBS memiliki kapasitas bongkar muat pelabuhan sebesar 25 juta ton per tahun dengan ketersediaan 17 jeti. Perusahaan ini diklaim sebagai pelabuhan curah terbesar dan terdalam di Indonesia, dengan fasilitas pergudangan terintegrasi.

“Keunggulan lainnya yakni berada di lokasi yang strategis dan memiliki konektivitas dengan bandara internasional Soekarno Hatta. Dengan berbagai keunggulan ini, area subholding sarana infrastruktur berpotensi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” ucap Silmy. (LRD)