<p>Museum Tsunami Aceh. / https://museumtsunami.id/</p>
Nasional & Dunia

Sudah 16 Tahun Silam, Memori Tsunami Aceh Tetap Sulit Hilang

  • JAKARTA – Memang sudah 16 tahun lalu, tetapi kengerian tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, masih sulit untuk hilang dari memori sebagian besar rakyat Indonesia. Tak bisa dipungkiri, bencana alam ini masih memberikan luka yang dalam bagi para korban. Saat itu, pukul 08.58 WIB, Aceh diguncang gempa besar berskala richter 9,0 selama 8-10 […]

Nasional & Dunia
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Memang sudah 16 tahun lalu, tetapi kengerian tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, masih sulit untuk hilang dari memori sebagian besar rakyat Indonesia.

Tak bisa dipungkiri, bencana alam ini masih memberikan luka yang dalam bagi para korban. Saat itu, pukul 08.58 WIB, Aceh diguncang gempa besar berskala richter 9,0 selama 8-10 menit dan disusul dengan gelombang pasang hingga menghanyutkan seluruh wilayah tersebut.

Gelombang tsunami yang menerjang tersebut disebabkan oleh interaksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Melumpuhkan daratan dan masuk ke dalam kota, tinggi gelombang diperkirakan mencapai 30 meter. Sementara itu, kecepatannya tercatat 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.

Bahkan, penjalaran gempa ini dapat dirasakan hingga ke utara dan barat laut, yakni Sri Lanka dan Maladewa. Adapun di arah selatan, Pulau Simeulue, Pulau Nias, dan Kepulauan Mentawai juga ikut merasakan sesaat setelah satu jam guncangan terjadi.

Korban jiwa yang tertelan dalam bencana ini pun diperkirakan mencapai 500 ribu orang, dengan ribuan lainnya terluka dan sebagian dinyatakan hilang. Presiden Indonesia saat itu, Soesilo Bambang Yudhoyono bahkan menetapkan hari berkabung selama tiga hari sebagai bentuk simpati dan rasa kemanusiaan.

Selain itu, untuk mengenang peristiwa mendalam ini, pada 2009 pemerintah mendirikan sebuah museum bernama Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh. Gubernur Jawa Barat saat ini, yakni Ridwan Kamil merupakan arsitek di balik bangunan bersejarah ini.

Beragam diorama peristiwa tsunami dan deretan nama korban ditampilkan di dalam museum. Dalam perkembangannya, museum ini tak hanya menjadi situs sejarah, melainkan juga pusat pembelajaran dan pendidikan bagi masyarakat dan pengunjung lainnya.