Sudah 5 Bulan Kapal Induk Ini Terkatung-katung di Tengah Lautan
- Di suatu tempat di Samudera Atlantik Selatan kapal seberat 34.000 ton dan panjang 265 meter terkatung-katung.
Tekno
SAO PAOLO-Di suatu tempat di Samudera Atlantik Selatan kapal seberat 34.000 ton dan panjang 265 meter terkatung-katung. Dia adalah Sao Paolo, kapal induk yang pernah menjadi kebanggaan Angkatan Laut Prancis dan Brasil
Kapal induk itu mengambang tanpa tujuan di atas ombak. Ini terjadi setelah kapal terjebak dalam perselisihan internasional atas kandungan racunnya. Dia seharusnya dibawa ke Turki untuk dihancurkan, tetapi negara itu menolaknya. Sementara Brazil juga tidak mau menerima lagi karena kapal itu sudah dibeli oleh sebuah perusahaan.
Sao Paulo satu-satunya kapal induk di armada angkatan laut Brasil telah terjebak dalam ketidakpastian selama lima bulan.
Kapal induk Sao Paulo adalah kapal perang Brasil terbesar, dengan 31.000 ton dan kapasitas hingga 40 pesawat. Persenjataannya terdiri dari tiga peluncur rudal ganda dan senapan mesin kaliber besar.
- Bank Mandiri Bisa Menghemat Rp12 Triliun Berkat Transformasi Digital
- IHSG Masih Bisa Rebound, Intip 6 Rekomendasi Saham dari BNI Sekuritas Hari Ini
- Melonjak hingga Rp13.000 Per Gram, Berikut Daftar Harga Emas Antam Hari Ini
Tidak digunakan selama beberapa dekade, kapal itu dibongkar di Prancis. Lambung kembali ke Brasil dan ditawarkan untuk dijual oleh Angkatan Laut Brasil untuk proses daur ulang ramah lingkungan.
Kapal berusia 60 tahun itu dijual oleh Angkatan Laut ke galangan kapal Turki Sök Denizcilik dan Ticaret Limited, yang berspesialisasi dalam pembongkaran kapal. Kapal tersebut meninggalkan Brasil pada 4 Agustus dengan bantuan kapal tunda. Perjalanan ini menimbulkan protes di seluruh dunia dan dipantau secara real time oleh Greenpeace.
Turki mencabut izin masuk dengan mengatakan Brasil tidak dapat membuktikan bahwa São Paulo bebas dari asbes. Bahan beracun yang digunakan dalam pembangunan banyak kapal abad ke-20. Jadi, kapal itu berbalik arah.
Namun, Brasil tidak menginginkannya kembali. Pada bulan September, sebuah pelabuhan di pantai negara bagian Pernambuco memblokir kapal tersebut untuk berlabuh. Pelabuhan berpendapat ada risiko yang terlalu besar bahwa kapal akan ditinggalka.
Itu membuat São Paulo harus berputar-putar di lepas pantai Brasil hingga 20 Januari 2022 ketika Angkatan laut Brasil mengumumkan mereka telah mendorong kapal itu ke perairan internasional, di mana ia tetap berada.
Angkatan laut mengatakan langkah itu harus dilakukan karena kapal tua yang mengalami kerusakan pada lambungnya selama pengembaraannya, bisa kandas atau tenggelam di pantai Brasil. Ini akan mengancam kapal lain dan satwa liar pesisir.
Solusi angkatan laut adalah meninggalkan Sao Paulo di laut sebagai solusi sementara. Hingga pada Sabtu 28 Januari sumber-sumber militer mengatakan kepada surat kabar Folha de São Paulo Brasil bahwa angkatan laut berencana menenggelamkan kapal menggunakan ledakan terkendali. Langkah ini dilihat sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri kisah kontroversialnya.
Tetapi menanggapi kekhawatiran dari badan lingkungan federal, jaksa penuntut umum Brasil mengajukan kasus perdata terhadap angkatan laut dan meminta pengadilan federal untuk segera menghentikan rencana peledakan kapal.
Keputusan pengadilan akan menentukan apakah Sao Paulo menjadi kasus ekstrem pengabaian kapal. Masalah yang mengganggu konservasionis laut dan masyarakat pesisir di seluruh dunia. Pengawas laut mengatakan menenggelamkan kapal sebesar dan setua Sao Paulo akan menjadi bencana lingkungan. Selain asbes, kapal tersebut mengandung ratusan metrik ton zat beracun lainnya di kabel listrik, cat, dan penyimpanan bahan bakarnya.
Meninggalkannya di laut juga akan merupakan kelalaian besar dan melanggar tiga konvensi lingkungan internasional yang terpisah. Sejumlah aktivis lingkungan menyebut kapal itu seharusnya dibawa ke wilayah Brasil dan dikelola dengan cara yang ramah lingkungan. Mereka tidak bisa menenggelamkannya begitu saja.
Bukan hal yang aneh jika perahu ditinggalkan. Karena mahal untuk dirawat dan dibuang dengan benar, puluhan ribu kapal yang tidak diinginkan yang biasanya jauh lebih kecil daripada kapal induk ditinggalkan di pelabuhan, di pantai, atau di laut setiap tahun.
Di Nigeria, ribuan kapal kargo dan kapal penangkap ikan komersial yang rusak mengotori pantai, merusak ekosistem pantai, dan membuat saluran air berbahaya untuk dilewati masyarakat setempat. Di Venesia, sekitar 2.000 perahu rekreasi kecil yang terbengkalai menyumbat lahan basah setempat. Di Amerika diperkirakan dari 2013 hingga 2016, ada 5.600 kapal yang ditinggalkan di perairan Amerika.
Berasal dari Prancis
Hanya beberapa negara di dunia mengoperasikan kapal induk. Dan Brasil adalah satu-satunya negara di Amerika Latin yang memiliki kapal tersebut.
Sao Paulo Brasil adalah kapal induk kelas Clemenceau. Awalnya ditugaskan dengan Angkatan Laut Prancis pada tahun 1963 sebagai Foch. Kapal memiliki karier yang panjang dan sukses dengan Angkatan Laut Prancis sebelum digantikan oleh kapal induk baru mereka yang bertenaga nuklir Charles de Gaulle.
Foch yang dinonaktifkan dan dijual ke Brasil pada tahun 2000. Kapal itu dirombak dan ditugaskan kembali sebagai Sao Paulo dan menjadi andalan baru Angkatan Laut Brasil. Kapal menggantikan Brazilian Minas Gerias, bekas kapal induk Kelas Colossus Inggris.
Sao Paulo dapat membawa campuran hingga 40 pesawat dan helikopter. Namun biasanya dia membawa adalah 22 pesawat dan 17 helikopter. Kapal tersebut memiliki 2 ketapel dan 2 elevator yang mengangkat pesawat dari hanggar ke dek penerbangan.
- Jadi Biang Penyebaran Virus Zombie di Serial Last Of Us, Berikut Fakta Unik dan Nyeleneh Asli Kota Depok
- Bukan di Drakorindo, Ini Link Nonton Gratis dan Legal Drama Korea Missing: The Other Side 2
- Ini Cara Buat Love Character Test Ktestone.com yang Sedang Viral di Instagram Hingga Twitter
Selama masih aktif sayap tempur Sao Paulo agak lemah dan memiliki kemampuan ofensif yang terbatas. Pesawat pencegat dan serang utamanya adalah A-4KU Skyhawk. Pada tahun 1998 Angkatan Laut Brasil mengakuisisi 20 A-4KU bekas Kuwait.
Pada 2015, pesawat ini diperbaiki dan ditingkatkan. Namun Skyhawks yang menua hanya memiliki kemampuan anti-kapal dan serangan darat yang terbatas. Dan tidak dapat menandingi pesawat tempur superioritas udara modern dan pesawat serang darat. Sempat ada rencana Brasil mengakuisisi pesawat tempur multi peran ringan Gripen-M untuk menggantikan sayap tempurnya.
Secara keseluruhan akuisisi Sao Paulo telah meningkatkan kemampuan dan efektivitas operasi udara angkatan laut Brasil. Namun kapal induk ini memiliki catatan buruk. Selama 16 tahun layanan kapal induk dengan Angkatan Laut Brasil, kapal tersebut lebih sering tidak digunakan. Angkatan Laut Brasil kesulitan mengoperasikan kapal ini karena masalah pendanaan.
Brasil sempat mengambil rencana memodernisasi Sao Paulo hingga akhir tahun 2030-an. Modernisasi direncanakan dimulai pada 2017 dan direncanakan kapal akan kembali beroperasi pada 2021. Tetapi rencana itu gagal dan akhirnya kapal dipensiun
Kapal ini memiliki panjang 265 m, lebar 31.7 m dan panjang dek penerbangan 166 m. Berat penuh kapal adlaah 34 000 ton serta membawa sekitar 1900 kru. Menggunakan mesin konvensional kapal bisa melaju dengan kecepatan 32 knots.