Sudah Dua Tahun Berkuasa, Taliban Belum Diakui Internasional, Mengapa?
- Setelah Taliban berkuasa disebutkan bahwa tingkat korupsi di Afghanistan menurun.
Dunia
KABUL - Taliban kembali menguasai Afghanistan setelah kemunduran kacau pasukan Amerika pada 15 Agustus 2021 lalu. Amerika meninggalkan negara itu setelah terjebak dalam 20 tahun perang di negara tersebut.
Taliban merangsek ke ibu kota ketika presiden yang didukung Amerika Serikat, Ashraf Ghani, melarikan diri dan pasukan keamanan Afghanistan. Akibatnya, dukungan dari dunia barat selama bertahun-tahun seketika hancur ketika Taliban kembali berkuasa.
Namun sudah dua tahun berkuasa, dunia internasional masih belum mau mengakui Taliban sebagai penguasa resmi Afghanistan. Mengapa hal itu bisa terjadi?
- Museum Galeri Seni SBY-Ani Buka untuk Umum Mulai 18 Agustus 2023
- Terbanyak di Blora, Pemprov Jateng Distribusikan 7,1 Juta Liter Air Bersih
- Pemerintah Janji Berikan Insentif untuk Eksportir yang Parkir DHE di RI
Melansir CNA, kebijakan-kebijakan Taliban yang dianggap tidak menghargai hak asasi manusia menjadi penyebab utama dunia terutama dunia barat masih berat untuk mengakui Taliban.
Pasalnya, setelah Taliban berkuasa sebagian besar anak-anak perempuan di atas 12 tahun dipaksa untuk keluar kelas dan tidak melanjutkan sekolahnya.
Selain itu, Taliban juga seolah mendiskriminasi kaum wanita dengan sejumlah kebijakan seperti menghentikan sebagian besar staf wanita Afghanistan untuk bekerja di lembaga bantuan, memerintahkan penutupan salon kecantikan di seluruh Afghanistan, melarang wanita memasuki taman, dan membatasi perjalanan bagi wanita bila tidak ditemani wali laki-laki.
Taliban juga melakukan pengetatan pada jurnalisme di negara tersebut. Jurnalisme yang telah berkembang selama dua puluh tahun di bawah pemerintahan yang didukung oleh barat disebut telah ditekan secara signifikan. Penahanan jurnalis dan aktivis masyarakat sipil membuat para pendukung hak asasi manusia merasa waspada dengan Taliban.
Walaupun begitu, pemerintahan Taliban tidak juga selalu bercitra negatif. Pasalnya, setelah Taliban berkuasa disebutkan bahwa tingkat korupsi di Afghanistan menurun. Selain itu, produksi opium besar-besaran yang menjadikan Afghanistan sebagai produsen opium terbesar di dunia juga menurun secara drastis di bawah kebijakan larangan budidaya narkotika oleh Taliban.
Dengan perkembangan positif negara Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban, pihaknya berharap hal tersebut akan membantu membawa pengakuan asing dan pencabutan sanksi. Taliban juga berharap kemajuan tersebut dapat memberikan kebijakan pelepasan sekitar US$7 miliar atau setara dengan Rp105 triliun (Kurs Rp15.000) aset bank sentral yang dibekukan di Bank Federal Reserve Amerika Serikat di New York pada 2021 lalu.