<p>Menara BCA. / Istimewa</p>
Korporasi

Sudah Punya Blu, BCA Pastikan Tidak akan Caplok Bank Mini

  • Aksi akuisisi bank mini menjadi salah satu cara yang banyak ditempuh bank jumbo untuk membangun digitalisasi bisnis, namun PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tidak akan mengambil langkah ini lantaran telah memiliki PT Bank Digital BCA atau Blu.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Aksi akuisisi bank mini menjadi salah satu cara yang banyak ditempuh bank jumbo untuk membangun digitalisasi bisnis, namun PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tidak akan mengambil langkah ini lantaran telah memiliki PT Bank Digital BCA atau Blu.

“Dengan kinerja Blu yang progresif, kami pastikan tidak ada rencana untuk akuisisi yang kaitannya dengan pengembangan digitalisasi,” ucap Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers, Kamis, 21 Oktober 2021.

Sebaliknya, BCA pun menyuntik tambahan modal kepada Blu sebesar Rp2,7 triliun pada Juli 2021. Dengan demikian, modal inti Blu pun terkerek dari Rp1,3 triliun menjadi Rp4 triliun.

Hal ini membuat Blu berhasil lolos dari ketentuan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengharuskan bank memiliki modal inti Rp3 triliun pada 2022.  Menyoal kemungkinan Initial Public Offering (IPO), Jahja menyebut masih meninjau lebih lanjut mengenai kinerja keuangan dan bisnis Blu.

“Untuk IPO sendiri masih kita lihat dulu dari segi kinerja, bisnis, dan pertumbuhannya seperti apa,” jelas Jahja.

Meski transaksi digital terus tumbuh pesat, Jahja memastikan efisiensi berupa pengurangan kantor cabang tidak akan dilakukan. Dirinya menyebut sebanyak 12000 kantor cabang yang dimiliki BCA masih punya peran vital dalam mendongkrak kinerja bisnis perseroan. 

“Kita tetap memerlukan memerlukan cabang, apalagi dengan pelayanan yang prima maka saya kira kita tetap akan perlu kantor cabang. Meski memang volume transaksi di kantor cabang hanya sampai 0,5% dari total transaksi,” jelas Jahja.

Di samping itu, sang induk usaha membukukan kinerja positif pada kuartal III-2021. Hal ini tercermin dari raihan laba yang tumbuh  15,8% year on year (yoy) pada kuartal III-2021. 

Laba bersih emiten bersanadi BBCA ini naik dari Rp20,03 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp23,19 triliun pada kuartal III-2021.

Pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income) di BCA hanya tumbuh terbatas pada  kuartal III-2021 ini, yakni 3,3% yoy menjadi Rp42,2 triliun. Serupa, pendapatan selain bunga tercatat Rp15,5 triliun pada kuartal III-2021, atau tumbuh 2,4% yoy

Padahal, penyaluran kredit BCA pada kuartal III-2021 ini hanya tumbuh single digit sebesar 4,01% yoy menjadi Rp605,9 triliun pada kuartal III-2021. Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank swasta terbesar ini mengalami pertumbuhan hingga double digit.

DPK di BCA melesat 18,3% yoy menjadi Rp923,7 triliun. Komposisi DPK ini ditopang oleh pertumbuhan dana murah (CASA) hingga 21% menjadi Rp721 triliun pada September 2021.

Adapun kontribusi CASA secara mencapai 78% dari keseluruhan DPK di emiten bersandi BBCA ini. DPK juga menjadi faktor yang membuat total aset melesat 16,5% yoy menjadi  Rp1.169,3 triliun.