Suku Bunga Tinggi, Ajukan Pinjaman di Bank Syariah Bisa Lebih Untung
- Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti halnya bank konvensional sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga bank sentral.
Perbankan
JAKARTA – Perbankan syariah bisa menjadi opsi yang lebih menguntungkan bagi pengaju pinjaman pada masa siklus suku bunga tinggi.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret Surakarta, Etikah Karyani Suwondo, mengatakan bahwa bank syariah bisa jadi lebih menguntungkan bagi peminjam dibanding bank konvensional ketika suku bunga tinggi.
Pasalnya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti halnya bank konvensional sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga bank sentral.
“Dalam beberapa kondisi ekonomi tertentu, bank syariah mungkin menunjukkan performa yang lebih stabil karena tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga,” kata Etikah saat dihubungi TrenAsia, belum lama ini.
- Dibahas di WWF 2024, Mari Mengenal Subak Bali
- Long Weekend Waisak, Berikut Ide Kegiatan Seru Selama Libur
- Produksi Rokok Menurun, Industri Kertas Pelinting Justru Menjanjikan
Untuk diketahui, bank konvensional menggunakan sistem bunga sebagai acuan dasar dan sumber keuntungan. Sebaliknya, bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan imbal hasil atau nisbah yang diperoleh dari pembagian keuntungan antara bank dan nasabah.
Ironisnya, walaupun bank syariah bisa jadi lebih menguntungkan ketika bank sentral memosisikan suku bunga di level yang terbilang tinggi, namun bank syariah di Indonesia justru mencatat kinerja yang cukup buruk di tiga bulan pertama tahun ini.
Pada kuartal pertama tahun 2024, bank syariah di Indonesia menghadapi penurunan pertumbuhan profitabilitas dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar bank syariah mencatatkan penurunan dalam tingkat pertumbuhan laba bersih mereka, mengindikasikan tantangan yang lebih besar di tahun ini.
Baca Juga: 43 Persen Milenial dan Gen Z Belum Percaya Perbankan Syariah
PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK)
Pada kuartal pertama 2024, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) mencatat rugi bersih Rp44,2 miliar, yang menunjukkan perbaikan sebesar 4,28% dibandingkan rugi bersih Rp46,7 miliar pada kuartal pertama 2023.
Pada kuartal pertama 2023, rugi bersih mereka meningkat 4,98% dari tahun sebelumnya. Walau mengalami perbaikan pada kuartal pertama tahun ini, namun Bank Aladin masih mencatatkan kerugian dan belum mampu membalikannya menjadi laba bersih.
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS)
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) mengalami penurunan laba bersih sebesar 41% pada kuartal pertama 2024, dari Rp60,2 miliar menjadi Rp35,51 miliar. Ini berbanding terbalik dengan kuartal pertama 2023 di mana laba bersih mereka tumbuh 68,48%.
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS)
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) mencatat penurunan laba bersih sebesar 37,84% pada kuartal pertama 2024, dari Rp425 miliar menjadi Rp264 miliar. Sebelumnya, pada kuartal pertama 2023, mereka mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 3,4%.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS)
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 17,07% pada kuartal pertama 2024, dari Rp1,46 triliun menjadi Rp1,71 triliun.
Namun, ini masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebesar 47,06% yang mereka capai pada kuartal pertama 2023.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengalami penurunan laba bersih sebesar 72,7% pada kuartal pertama 2024, dari Rp10,22 miliar menjadi Rp2,78 miliar. Pada kuartal pertama 2023, mereka mencatat penurunan laba bersih sebesar 14,69%.
PT Bank Mega Syariah
PT Bank Mega Syariah mencatat penurunan laba bersih sebesar 35,98% pada kuartal pertama 2024, dari Rp100,26 miliar menjadi Rp50,06 miliar. Ini kontras dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 12,04% yang mereka catat pada kuartal pertama 2023.
PT Bank BCA Syariah
PT Bank BCA Syariah mencatat peningkatan laba bersih sebesar 24,6% pada kuartal pertama 2024, dari Rp33,76 miliar menjadi Rp42,07 miliar. Ini merupakan peningkatan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebesar 77% yang mereka capai pada kuartal pertama 2023.
- Peringati Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, KEHATI Adakan Pendataan Flora dan Fauna Perkotaan
- Usai Restrukturisasi, Investree Umumkan Rencana Pemulihan Bisnis
- Eks Petinggi Waskita Karya Ini Akui Dapat Mobil Pajero Dari Proyek Tol Japek I
Secara keseluruhan, kuartal pertama tahun 2024 menunjukkan penurunan dalam pertumbuhan profitabilitas bank-bank syariah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Penurunan ini terlihat dari berkurangnya persentase pertumbuhan laba bersih, bahkan beberapa bank mengalami penurunan laba bersih secara signifikan.
Perlambatan pertumbuhan profitabilitas ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh sektor perbankan syariah di tengah dinamika ekonomi yang terus berkembang.
Faktor-faktor seperti peningkatan biaya operasional, penurunan pendapatan dari pembiayaan, dan peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menjadi beberapa penyebab utama yang mempengaruhi kinerja keuangan bank-bank syariah pada kuartal pertama tahun 2024.
Menurut Etika, lambatnya pertumbuhan bank syariah disebabkan oleh industrinya yang masih dalam tahap pengembangan dan masih terbatas dalam beberapa aspek.
“Beberapa aspek seperti jaringan, infrastruktur, akses ke pasar, pendanaan, teknologi, inovasi dan sumber daya manusia (SDM),” tutur Etika.