Alasan Sultan Amerika Merasa Tak Kaya Lagi
Dunia

Sultan Amerika Tak Lagi Merasa Kaya, Ini Alasannya

  • Sebuah survei terbaru oleh perusahaan asuransi Chubb menanyakan 800 orang kaya di Amerika Utara, yang memiliki aset investasi minimal US$500 ribu Rp7,71 triliun (kurs Rp15.419).

Dunia

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Sebuah survei terbaru oleh perusahaan asuransi Chubb menanyakan 800 orang kaya di Amerika Utara, yang memiliki aset investasi minimal US$500 ribu Rp7,71 triliun (kurs Rp15.419). 

Hasil survei pada bulan September dan Oktober menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga responden, termasuk yang memiliki aset lebih dari US$10 juta atau setara Rp154,19 tidak merasa benar-benar kaya.

Dua dari tiga responden mengungkapkan bahwa membangun kekayaan sekarang lebih sulit daripada sebelumnya. 

Alasan utamanya dibalik fenomena ini adalah kekhawatiran tentang inflasi, ketidakstabilan pasar saham, kekhawatiran kehilangan pekerjaan, dan dampak krisis iklim pada nilai properti. 

Meskipun mereka memiliki kekayaan yang signifikan, kebanyakan orang kaya ini merasa khawatir tentang ketidakpastian ekonomi dan penurunan nilai investasi mereka.

Survei ini juga menyoroti kekhawatiran tentang risiko lain, seperti cuaca ekstrem akibat perubahan iklim yang dapat merusak properti. 

Lebih dari dua pertiga responden menganggap krisis iklim sebagai ancaman serius, dan lebih dari tiga perempat menyatakan bahwa cuaca ekstrem adalah risiko utama bagi rumah mereka. 

Hal ini sejalan dengan peningkatan peristiwa cuaca ekstrem yang menyebabkan kerusakan properti dan peningkatan premi asuransi di Amerika Serikat.

Responden juga mencatat risiko penipuan finansial, daya saing perekonomian dalam negeri, kehilangan pekerjaan, dan rendahnya keuntungan usaha sebagai keprihatinan mereka. 

Meskipun demikian, banyak orang Amerika kaya berencana untuk meningkatkan pengeluaran mereka pada tahun mendatang, terutama untuk rumah, perjalanan, pendidikan, dan hiburan.

Walaupun orang kaya menghadapi tantangan, keadaan mereka masih lebih baik dibandingkan dengan kelas menengah. 

Beberapa orang yang memiliki pendapatan tinggi namun belum kaya menunda keputusan besar seperti membeli rumah atau memulai keluarga karena inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Selain itu, beberapa orang kaya mengalami "dismorfia uang," yaitu keyakinan bahwa mereka tidak memiliki cukup uang, meskipun sebenarnya mereka sudah sangat kaya.

Data terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan kekayaan di Amerika Serikat semakin melebar, dengan orang-orang terkaya mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kelas menengah. 

Meskipun kekayaan masyarakat Amerika secara keseluruhan meningkat selama pandemi, masyarakat kelas menengah mengalami kesulitan dalam membeli rumah dan menghadapi tingginya inflasi serta biaya pinjaman.