Sumber Mineral (SMGA) Anak Usaha SGER Tetapkan Harga IPO di Puncak
- Nilai penawaran umum perdana saham anak usaha PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) berada di puncak atau batas atas dari harga penawaran awal alias bookbuilding di rentang Rp100-Rp105 per lembar.
Korporasi
JAKARTA – Emiten perniagaan nikel dan batu bara PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk (SMGA) mematok harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) Rp105 per lembar.
Berdasarkan prospektus, nilai penawaran umum perdana saham anak usaha PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) berada di puncak atau batas atas dari harga penawaran awal alias bookbuilding di rentang Rp100-Rp105 per lembar.
Alhasil dalam korporasi ini, emiten nikel dan batu bara yang salah satu wilayah operasinya di Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah akan mendapatkan dana segar sebesar Rp183,75 miliar.
Sebagaimana diketahui, emiten yang menggunakan kode saham SMGA ini berencana melepas maksimal 1,75 miliar saham atau setara dengan 20% dari total sahamnya. Adapun penawaran saham perdana ini berlangsung hari ini hingga Jumat, 26 Januari 2024.
Kemudian, pencatatan saham ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada Selasa, 30 Januari 2024. Dalam aksi korporasi in, SMGA mempercayakan PT Victoria Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
- Tahun 2023, Jumlah Pemilik Kripto di Dunia Mencapai Setengah Miliar
- Penuhi Janji, Bahlil Capai Realisasi Sepanjang 2023 lebihi Target Rp1.418,9 Triliun
- Upaya OJK untuk Tingkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pasar Modal Lewat POJK 30 2023
Masih dari prospektus, dana hasil IPO saham yang akan diterima oleh perseroan, setelah dikurangi biaya-biaya emisi yang berhubungan dengan penawaran umum, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja.
Secara tepat, pengumpulan dana ini dilakukan dalam konteks pengadaan nikel dan batu bara, sejalan dengan kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan untuk membayar pembelian nikel dan batu bara dari para pemasok.
Langkah ini diambil untuk memenuhi kontrak pengadaan yang telah disepakati dengan pihak-pihak terkait. Di sisi lain, harga nikel mengalami penurunan signifikan dan mendekati level terendah sejak tahun 2021.
Terlebih lagi, baterai lithium ferrophosphate (LFP) saat ini semakin menjadi pilihan utama produsen mobil listrik sebagai alternatif baterai yang dianggap lebih ekonomis dibandingkan nikel.
Prospek Nikel
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan bahwa dana hasil IPO akan dipakai untuk modal kerja terkait pengadaan nikel dan batu bara. Kendati terjadi penurunan harga nikel, pihaknya percaya hasil alam tersebut memiliki prospek cerah.
“Prospek komoditas nikel masih cerah. Hal ini diperkuat dengan adanya temuan Badan Energi Internasional (The International Energy Agency/IEA) yang memperkirakan permintaan nikel dunia akan terus bertumbuh," ujarnya dalam keterangan resmi pada Jumat, 19 Januari 2024.
Julius menegaskan, permintaan nikel diproyeksikan meningkat menjadi 6.250 kiloton (KT) pada 2040 dibandingkan pada 2020 yang sebanyak 2.340 KT. Kenaikan permintaan nikel terutama akan didorong oleh peningkatan kebutuhan dari industri kendaraan listrik dan baterai.
“Kebutuhan dunia terhadap industri nikel sangat besar, tidak hanya untuk baterai kendaraan listrik (EV), tetapi juga untuk segala macam baterai,” jelasnya. Prospek nikel didukung oleh kebijakan hilirisasi yang memungkinkan peningkatan nilai tambah bijih nikel dan transfer teknologi pengolahan nikel di dalam negeri.
Setelah melaksanakan penawaran umum perdana (IPO), perusahaan berencana untuk membayarkan dividen kas hingga maksimal 30% dari laba bersih perusahaan mulai dari tahun buku 2024, setelah mengikuti prosedur pencadangan laba bersih sesuai peraturan yang berlaku.
Mengenai kinerja keuangan pada akhir 2022, laba bersih SMGA mencapai Rp6,40 miliar, mengalami lonjakan sebesar 1.750% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp345,99 juta.
Kenaikan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penjualan bersih yang mencapai Rp162,04 miliar, meningkat sebesar 1.854% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp8,29 miliar.
Dalam hal kepemilikan saham, sebelum IPO, pemegang saham SMGA terdiri dari SGER dengan 90% dan Vivi Ramalyati Hutama dengan 10%. Welly Thomas, yang juga menjabat sebagai direktur utama SGER, adalah pihak yang menjadi pengendali dan pemegang saham pengendali terakhir dari SMGA.