Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Pemerintah Genjot Ekspor Nasional
- Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, pelemahan kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga mejadi faktor turunnya ekspor Indonesia.
Nasional
JAKARTA – Nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,5 miliar pada Maret 2023 atau tumbuh sebesar 9,89% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-on-month/mom). Secara tahunan, ekspor melambat dikarenakan adanya high based effect pada bulan ketiga tahun ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, pelemahan kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga mejadi faktor turunnya ekspor Indonesia.
“Secara tahunan, harga komoditas unggulan seperti batubara dan minyak kelapa sawit turun sebesar 40,38 persen yoy dan 45,3 persen yoy,” ujarnya melalui keterangan pers, dikutip Selasa, 18 April 2023.
Febrio menyebut kinerja ekspor Maret 2023 ini masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia, dan bijih logam, terak, dan abu. Adapun China, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan.
“Ekspor di bulan Maret masih tumbuh positif dibanding Februari di segala sektor. Hasilnya, ekspor kumulatif dari bulan Januari hingga Maret 2023 mencapai US$67,2 miliar atau tumbuh sebesar 1,6 persen yoy,” paparnya.
- iOS17 Akan Tiru Salah Satu Fitur Android Terbaik, Tetap Tertarik?
- Sri Mulyani Tarik Utang Baru Rp224 Triliun hingga Maret 2023
- Pemerintah Telah Cairkan THR PNS Senilai Rp18,79 Triliun
Sementara itu, lanjut dia, impor pada periode yang sama mencapai US$20,59 miliar, atau tumbuh 29,33% dari bulan sebelumnya meski melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dilihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal masih mampu tumbuh positif, sebesar 18,49% yoy. Sementara impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi terkontraksi masing-masing 11,17% yoy dan 2,92% yoy.
Lebih lanjut, dia menyebut jika kinerja impor Maret 2023 disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, dan mesin mekanis. Impor terbesar didominasi dari China, Jepang, dan Thailand. “Secara kumulatif bulan Januari-Maret 2023, impor mencapai US$54,95 miliar, terkontraksi 3,28% yoy.”
Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, papar Febrio, neraca perdagangan Maret 2023 tercatat surplus sebesar US$2,91 miliar (kumulatif Januari - Maret mencapai US$12,27 miliar) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut.
“Negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan besi dan baja," pungkasnya.