Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS. (Dok. BPS)
Makroekonomi

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Juli 2024 Jadi US$0,47 Miliar

  • Surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 menandai surplus selama 51 bulan berturut-turut.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024. Sepanjang bulan tersebut, neraca perdagangan surplus sebesar US$0,47 miliar, turun sebesar US$1,92 miliar dibandingkan dengan bulan Juni. 

Amalia menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 menandai surplus selama 51 bulan berturut-turut.

“Pada Juli 2024 neraca perdagangan masih mencatatkan surplus sebesar US$0,47 miliar atau turun US$1,92 miliar secara bulanan. Surplus bulan Juli lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Kantor Pusat BPS, Kamis, 15 Agustus 2024.

Adapun komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral HS27, lemak dan minyak hewan nabati HS15, dan besi baja HS72.

Ekspor

Nilai ekspor Indonesia pada Juli tercatat sebesar US$22,21 miliar atau naik 6,55% dibandingkan Juni 2024. Sementara itu, secara year on year (yoy), ekspor Indonesia naik 6,46% dibandingkan dengan Juli 2023 yang tercatat sebesar US$20,86 miliar.

Menurutnya, peningkatan ekspor pada bulan Juli secara bulanan didorong oleh kenaikan ekspor non migas.

“Total nilai ekspor mengalami peningkatan secara bulanan maupun tahunan,” ungkapnya.

Nilai ekspor migas pada Juli 2024 mencapai US$1,42 miliar, naik 15,57% dibandingkan dengan US$1,23 miliar pada Juni 2024.

Nilai ekspor non migas selama Juli 2024 tercatat sebesar US$20,79 miliar, mengalami kenaikan sebesar 5,98% dibandingkan dengan Juni 2024 yang mencapai US$19,61 miliar. Sedangkan jika dilihat secara tahunan, ekspor migas naik dari US$1,23 miliar pada Juli 2023 menjadi US$1,42 miliar di Juli 2024.

Kemudian nilai ekspor non migas secara tahunan tercatat turun dari US$19,63 miliar di Juli 2023 menjadi US$20,79 miliar di Juli 2024. Secara kumulatif, total nilai ekspor selama Januari-Juli mengalami penurunan sebesar 1,47% secara tahunan.

Pada periode Januari-Juli 2024, total ekspor tercatat sebesar US$147,30 miliar, sedangkan pada periode yang sama tahun 2023 tercatat sebesar US$149,50 miliar. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan lainnya sebesar -2,55%.

Impor

Nilai impor Indonesia pada Juli 2024 mencapai US$21,74 miliar, naik 17,82% dibandingkan dengan Juni 2024 yang tercatat sebesar US$18,45 miliar. Dibandingkan dengan Juli 2023, kinerja impor bulan ini naik sebesar 11,07%.

Nilai impor migas selama Juli 2024 tercatat sebesar US$3,56 miliar, naik 8,78% dibandingkan dengan Juni 2024 yang mencapai US$3,27 miliar. Sementara, impor non migas pada Juli 2024 mencapai US$18,18 miliar, naik 19,76% dibandingkan dengan US$15,18 miliar pada Juni 2024.

“Meningkatnya nilai impor bulanan disebabkan oleh peningkatan impor non migas dengan andil 16,2%. Sementara itu andil peningkatan impor migas adalah 1,56%,” paparnya.

Secara tahunan, impor migas naik dari US$3,13 miliar pada Juli 2023 menjadi US$3,56 miliar pada Juli 2024, sementara impor non migas secara yoy naik dari US$16,44 miliar pada Juli 2023 menjadi US$18,18 miliar pada Juli 2024.

Secara kumulatif, total nilai impor Indonesia pada periode Januari-Juli 2024 mengalami kenaikan sebesar 2,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Januari-Juli 2024, impor tercatat sebesar US$131,38 miliar, sementara pada periode yang sama di tahun 2023 nilai impor tercatat sebesar US$128,30 miliar.

Total nilai impor sepanjang Januari hingga Juli 2024 mengalami kenaikan sebesar 2,40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Andil utama penurunan nilai impor tersebut disumbang oleh kelompok bahan baku atau penolong sebesar minus 1,90%.