Surplus Neraca Perdagangan Kuartal III-2020 Tembus Rp118,5 Triliun
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada kuartal III-2020 sebesar US$8,03 miliar setara Rp118,5 triliun (kurs Rp14.766 per dolar Amerika Serikat). Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko menyebut, jumlah tersebut didukung oleh perkembangan neraca perdagangan Indonesia pada September 2020 yang mencatat surplus sebesar US$2,44 miliar. “Surplus ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya […]
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada kuartal III-2020 sebesar US$8,03 miliar setara Rp118,5 triliun (kurs Rp14.766 per dolar Amerika Serikat).
Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko menyebut, jumlah tersebut didukung oleh perkembangan neraca perdagangan Indonesia pada September 2020 yang mencatat surplus sebesar US$2,44 miliar.
“Surplus ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar US$2,89 miliar dolar AS,” ungkap Onny dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Jumat, 16 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Adapun pendukung utamanya dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Pasalnya, neraca perdagangan nonmigas pada September 2020 mencatat surplus US$2,91 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$2,70 miliar.
“Ada peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada komoditas besi, baja, lemak, minyak hewan atau minyak nabati, serta kendaraan dan turunannya,” jelas Onny.
Neraca Migas
Sementara itu, impor nonmigas khususnya pada kelompok bahan baku dan barang modal juga mengalami peningkatan. Hal itu sejalan dengan aktivitas ekonomi yang berangsur membaik.
Meskipun demikian, Onny mengungkapkan bahwa neraca perdagangan migas masih mengalami defisit sebesar US$0,47 miliar.
“Penyebabnya dipengaruhi oleh peningkatan impor migas yang lebih besar dibandingkan dengan ekspornya,” tuturnya.
Onny menambahkan, secara keseluruhan neraca perdagangan tersebut tetap berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, pihaknya terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal. Termasuk prospek kinerja neraca perdagangan. (SKO)