Survei BI: Harga Properti Mulai Melambat
Pada kuartal I-2020, penjualan properti residensial menurun tajam. Kontraksi yang terjadi cukup dalam, hingga minus 43,19% year-on-year (yoy).
Industri
Bank Indonesia (BI) mengumumkan survei harga properti residensial seluruh tipe rumah di pasar primer tengah melambat.
Pada kuartal I-2020, penjualan properti residensial menurun tajam. Kontraksi yang terjadi cukup dalam, hingga minus 43,19% year-on-year (yoy). Angka tersebut sangat jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya, yakni naik 1,19% yoy.
Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa dana internal perusahaan masih memiliki porsi terbesar dalam komposisi sumber pembiayaan utama. Hal itu terbukti dari penggunaan dana internal pengembang (developer) yang mencapai 61,63%.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sementara itu, mayoritas konsumen pun masih mengandalkan pembiayaan perbankan dalam membeli properti residensial. Persentase jumlah konsumen yang memanfaatkan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) mencapai 74,73%.
Perlambatan harga pada periode ini juga tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR), yakni sebesar 1,68% yoy, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I-2019 yang sebesar 1,77% yoy.
Selain situasi pandemi virus corona (COVID-19), faktor pemicu melambatnya penjualan properti tersebut juga dipengaruhi oleh suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang tinggi.
Menurut sejumlah responden yang disurvei, rata-rata suku bunga KPR untuk kuartal I-2020 tercatat sebesar 8,92%. Meskipun angka tersebut lebih kecil dari periode sebelumnya yang sebesar 9,12%, namun penghasilan masyarakat juga menurun terkena imbas pandemi COVID-19.
Menyusul faktor selanjutnya sebagai penghambat penjualan properti di antaranya, perizinan/birokrasi (15,5%), kenaikan harga bahan bangunan (15,3%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR di perbankan (13,8%).
BI pun memperkirakan perlambatan ini masih akan berlanjut pada triwulan II-2020 dengan pertumbuhan sebesar 1,56% yoy. (SKO)