<p>Pekerja mengenakan pelindung wajah di salah satu tenant Lippo Mall Puri, Jakarta Barat, Rabu 3 Juni 2020. Lippo Mall Indonesia menyiapkan prosedur menuju new normal di  seluruh mall menyambut pembukaan kembali. Prosedur kebersihan dan keamanan pengunjung dan karyawan yang telah disiapkan mengacu pada protokol kesehatan guna mendukung Pemerintah dalam menerapkan new normal agar masyarakat tetap produktif, disiplin, serta waspada terhadap penyebaran Covid-19. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Gaya Hidup

Survei BPS Menunjukkan Perempuan Lebih Baik dalam Mencegah Virus Corona

  • JAKARTA- Sebuah survei sosial demografi dampak COVID-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan menunjukkan perempuan di Indonesia lebih baik dalam melakukan protokol kesehatan pencegahan virus corona baru. Kasubdit Indikator Statistik BPS Windhiarso Ponco Adi Putranto memaparkan perbandingan perilaku antara laki-laki dan perempuan terhadap 13 indikator imbauan pemerintah tentang protokol pencegahan COVID-19. Dalam webminar ‘Membedah […]

Gaya Hidup
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Sebuah survei sosial demografi dampak COVID-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan menunjukkan perempuan di Indonesia lebih baik dalam melakukan protokol kesehatan pencegahan virus corona baru.

Kasubdit Indikator Statistik BPS Windhiarso Ponco Adi Putranto memaparkan perbandingan perilaku antara laki-laki dan perempuan terhadap 13 indikator imbauan pemerintah tentang protokol pencegahan COVID-19.

Dalam webminar ‘Membedah Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19: Pengaruhnya pada Perilaku dan Produktivitas Penduduk yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Sabtu 13 Juni 2020 Ponco mengatakan berdasarkan hasil survei terhadap 87.379 responden dengan kelompok umur 17 tahun ke atas, didapati 88 persen perempuan yang dalam self-assessmen-nya memahami pengetahuan jaga jarak sedangkan laki-laki 85 persen.

Survei menunjukkan sebanyak 77 persen responden perempuan tetap tinggal di rumah guna menghindari terinfeksi SAR-CoV-2, sementara hanya 67 persen laki-laki yang tetap tinggal di rumah selama pandemi. “Tentu ada banyak alasan latar belakang ini kecenderungan kepala rumah tangga kerja di luar rumah”.

Terdapat 89 persen perempuan yang mengikuti protokol penggunaan masker, sedangkan laki-laki hanya 77 persen. Ada 16 persen perempuan menggunakan sarung tangan, dan 12 persen laki-laki menggunakannya.

Untuk penggunaan hand sanitizer, ada 69 persen perempuan merespons dan 60 persen responden laki-laki menggunakannya. Ada 85 persen perempuan menjawab mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun, sedangkan laki-laki hanya 76 persen.

Jika 59 persen perempuan mengatakan menghindari menyentuh wajah maka hanya 46 persen laki-laki yang melakukannya. Sementara 87 persen perempuan menghindari berjabat tangan, ada 73 persen laki-laki yang melakukan hal sama.

Ada 82 persen koresponden perempuan yang menghindari pertemuan atau antrean, sedangkan laki-laki ada 73 persen melakukan hal sama. Selain itu ada 70 persen perempuan yang menghindari menyentuh benda di area publik, hanya 59 persen laki-laki melakukan hal sama.

Survei juga menunjukkan 85 persen perempuan menghindari transportasi umum, sementara laki-laki 80 persen. Ada 67 persen perempuan menerapkan jaga jarak 1-2 meter di luar rumah, hanya 60 persen melakukan itu.

Terdapat 82 persen perempuan yang memberitahu jika bergejala sakit. Dan 72 persen responden laki-laki melakukan hal sama.

“Tentang protokol pencegahan COVID-19 ternyata responden perempuannya lebih baik berperilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan protokol pencegahan COVID-19 dibanding laki-laki. Dalam ‘self assessment’ mereka dari skala 0-10, saya kategorikan 0-4 tidak baik, 5-7 sedang, 8-10 baik dan yang di sini disajikan yang baik,” ujar dia.

Direktur Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Said mengatakan tujuan survei tersebut ada tiga yakni mendapatkan data statistik cepat dampak COVID-29, menggali perilaku masyarakat terkait penanganan COVID-19, mendapatkan gambaran sosial ekonomi masyarakat terdampak COVID-19.

Pada survei itu ia mengatakan non probability sampling yang dipilih, alasannya karena ingin memperoleh respons cepat dengan dana terbatas di tengah sulitnya akses pada responden di tengah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dari lima jenis metode non probability pada survei kali ini BPS memilih menggunakan convenience sampling, self selection dan snowballing sampling.