<p> Ilustrasi investasi reksa dana saham saat pandemi./ Pixabay</p>
Industri

Survei: Dihantui Inflasi dan Naiknya Suku Bunga, Peran Manajer Investasi Semakin Dibutuhkan

  • Survei tersebut menyebutkan bahwa 78% responden mengakui mereka telah mengubah strategi investasi mereka seiring dengan tren peningkatan inflasi.
Industri
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Survei yang dilakukan PT Schroder Investment Management Indonesia mencatat bahwa peran manajer investasi semakin dibutuhkan para investor di tengah tren inflasi dan suku bunga.

Survei tersebut menyebutkan bahwa 78% responden mengakui mereka telah mengubah strategi investasi mereka seiring dengan tren peningkatan inflasi.

Sementara itu, 18% mengatakan bahwa mereka belum membanting setir namun berniat untuk melakukannya, sedangkan 3% lainnya mengungkapkan tidak adanya perubahan dalam strategi mereka.

Sementara itu, survei yang sama mengatakan 72% masyarakat Indonesia meyakini bahwa kinerja investasi mereka dapat berdampak langsung pada kesehatan mental.

Oleh karena itulah banyak yang akhirnya memilih untuk melirik bantuan dari manajer investasi untuk pengelolaan portofolio mereka.

61% orang di Indonesia menganggap bahwa dana yang dikelola oleh manajer investasi lebih menarik tatkala kondisi makroekonomi tampak tidak menentu seiring dengan inflasi dan suku bunga yang terus merangkak naik.

Bahkan, 55% investor yang sudah bisa dianggap ahli/mahir dalam dunia investasi pun mengakui bahwa mereka meminta bantuan penasihat keuangan saat terjadi kenaikan suku bunga.

Meningkatnya kebutuhan akan peran manajer investasi pun semakin didukung oleh data survei yang mengatakan bahwa 71% investor merasa dipaksa untuk mengambil lebih banyak risiko di luar ekspetasi demi memenuhi harapan pengembalian investasi mereka.

Sementara itu, 62% investor mengatakan bahwa terkadang mereka membuat keputusan investasi di bawah tekanan, dan pada akhirnya menyesali keputusan tersebut.

Survei Schroder juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang saat ini menjadi sentimen negatif bagi para pelaku pasar keuangan di antaranya tekanan inflasi, kenaikan suku bunga, perang di Ukraina, kenaikan harga energi, kekurangan tenaga kerja, serta kendala pasokan yang terjadi terus-menerus sejak pandemi.