<p>Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi persi virtual, Senin, 30 November 2020/ Sumber: tangkapan layar TrenAsia.com</p>
Nasional & Dunia

Susul Bank Dunia dan ADB, Sri Mulyani Juga Pangkas Proyeksi Ekonomi RI

  • JAKARTA – Sejumlah sinyal pemulihan ternyata belum mampu mendongkrak kinerja perekonomian nasional. Ini tercermin dari pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang kembali memangkas prediksi di level 2,2%-1,7%. Sebelumnya, pemerintah menaksir ekonomi nasional berada di kisaran 1,7%-0,6% sepanjang tahun ini. Menurut Sri Mulyani, eskalasi penularan COVID-19 masih jadi faktor utama penghambat pemulihan ekonomi Indonesia. “Ini […]

Nasional & Dunia

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Sejumlah sinyal pemulihan ternyata belum mampu mendongkrak kinerja perekonomian nasional. Ini tercermin dari pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang kembali memangkas prediksi di level 2,2%-1,7%.

Sebelumnya, pemerintah menaksir ekonomi nasional berada di kisaran 1,7%-0,6% sepanjang tahun ini. Menurut Sri Mulyani, eskalasi penularan COVID-19 masih jadi faktor utama penghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

“Ini menggambarkan semua negara dan institusi tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat posisi perekonomian,” kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN virtual, Senin, 21 Desember 2020.

Lemahnya konsumsi rumah tangga masih jadi faktor utama lambatnya roda perekonomian. Saat ini, prediksi konsumsi rumah tangga masih terkontraksi sebesar 2,4%-2,7% pada kuartal IV-2020.

Menkeu memproyeksikan konsumsi pemerintah berkisar -0,3%-0,3%. Penyebabnya, penyerapan belanja barang yang lebih rendah, utamanya pada aktivitas jasa pemerintah realisasinya terkendala COVID-19.

Dari sisi investasi, pemerintah menaksir kontraksi sebesar -4,5% sampai -4,4%. Adapun kinerja ekspor juga -6,2% hingga -5,7% serta impor berkisar -15% hingga -14,3%.

Proyeksi Lembaga Internasional

Beberapa waktu lalu, Bank Dunia telah lebih dulu menurunkan proyeksi ekonomi Tanah Air menjadi 2,2% dari semula -2% hingga -1,6%. Tak hanya itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memangkas prediksinya dari -1% menjadi -2,2%.

“Proyeksi kami untuk 2020 sebesar 2,2 persen. Pada 2021 tumbuh 4,4 persen untuk produk domestik bruto (PDB) riil dan 5,5 persen untuk government budget balance,” kata dia menukil dari publikasi Indonesia Economy Prospects-December 2020 Edition, Kamis, 17 Desember 2020.

Pelonggaran pembatasan sosial serta pemulihan konsumsi di sektor swasta menyulut proyeksi pertumbuhan di level 4,4% tahun depan. Perkiraan tersebut juga mengasumsikan, kepercayaan konsumen meningkat dan pendapatan rumah tangga naik akibat kembalinya lapangan pekerjaan dan bantuan sosial yang memadai.

Proyeki itu menyebutkan pada 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menguat ke level 4,8%. Alasannya, terdapat penguatan di sektor konsumsi, investasi dan meningkatnya kepercayaan akan vaksin yang efektif dan aman.

Secara rinci proyeksi itu menyebutkan, indeks harga konsumen 2020 akan mencapai 2%, 2021 (2,3%), dan 2022 (2,8%). Lalu, untuk neraca akun berjalan 2020 sebesar -0,7%, 2021 (-1,4%), dan 2022 (-2%).

Untuk neraca anggaran pemerintah 2020 diperkirakan sebesar -6%, 2021 (-5,5%), dan 2022 (-4,3 %). Utang publik 2020 diperkirakan sebesar 37,5 %, 2021 (40,9%), dan 2022 (43%).