Ilustrasi vaksin Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Novavax, Pfizer, Sinopharm, Sputnik V, Janssen, dan Convidecia,  maupun vaksinasi di Indonesia. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Dunia

Swedia Hentikan Sementara Vaksin Moderna, Menyusul Kasus Peradangan Jantung

  • Swedia diketahui menghentikan sementara penggunaan vaksin Moderna, untuk penanggunalan wabah COVID-19, menyusul adanya kasus peradangan otot jantung langka alias miokarditis.
Dunia
Redaksi

Redaksi

Author

JAKARTA - Swedia diketahui menghentikan sementara penggunaan vaksin Moderna, untuk penanggunalan wabah COVID-19, menyusul adanya kasus peradangan otot jantung langka alias miokarditis. Penghentian sementara itu akan berlaku bagi warga dengan tanggal kelahiran di atas 1991.

Menurut lembaga kesehatan Swedia, saat ini terdapat data menunjukkan adanya peningkatan miokarditis dan perikarditis (peradangan pada selaput pembungkus jantung) di kalangan muda dan dewasa muda penerima vaksin. 

"Terdapat hubungannya sangat kentara, saat dikaitkan dengan vaksin Moderna, terlebih setelah dosis kedua," tulis badan kesehatan tersebut, seperti dikutip Reuters.

Vaksin COVID-19 penting untuk didapatkan karena telah terbukti dapat menurunkan risiko gejala yang timbul jika terpapar virus COVID-19. Vaksin yang telah didistribusikan pada masyarakat umum kini juga tersedia dari berbagai jenis, seperti Sinovac, Sinopharm, Pfizer, dan Moderna.

Vaksin COVID-19 Moderna sendiri merupakan vaksin dua dosis yang dapat digunakan untuk mencegah COVID-19. Kedua dosis diberikan terpisah dengan jeda 28 hari. Vaksin COVID-19 Moderna diketahui dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi jika suatu saat terpapar SARS-Cov-2.

Izin Moderna

Mengutip dari laman Medical News Today, vaksin Moderna telah mendapatkan izin untuk digunakan di 53 negara. Data uji klinis menunjukkan bahwa vaksin Moderna memiliki tingkat efektivitas sebensar 94,1% dalam mencegah gejala COVID-19.

Seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna adalah vaksin mRNA. Keduanya adalah vaksin mRNA pertama yang diizinkan untuk digunakan pada manusia, setelah diteliti oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun. Vaksin mRNA berfungsi dengan cara memberikan informasi genetik untuk menghasilkan protein virus atau bakteri, dalam hal ini protein yang ditemukan di permukaan SARS-CoV-2. Protein ini akan memicu respons imun dan produksi antibodi spesifik, yang dapat digunakan untuk mempersiapkan tubuh untuk melawan infeksi jika terpapar dengan patogen di masa depan.

Vaksin hanya membawa informasi yang diperlukan untuk membuat sebagian kecil dari virus. Tidak mengandung virus SARS-CoV-2, dan tidak dapat menyebabkan COVID-19. Enzim dalam sel tubuh kita juga dengan cepat akan menurunkan molekul mRNA dalam vaksin setelah protein  dibuat. Tidak mungkin bagi vaksin untuk mengubah informasi genetik tubuh.

Menurut laporan dari FDA, vaksin Moderna memiliki efek samping seperti: menimbulkan kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, merasa kedinginan, mual dan muntah, dan demam. Uji klinis menyebutkan bahwa efek samping pada umumnya kerap dirasakan setelah mendapatkan dosis kedua dan bisa berlangsung selama 2-3 hari.

Penerima vaksin juga dilaporkan mendapat efek samping pada area yang disuntik seperti nyeri, bengkak, bengkak pada kelenjar getah bening yang ada di ketiak, serta berubah warna menjadi kemerahan.

Mengutip laman Medical News Today, menurut laporan FDA menyebutkan bahwa gejala miokarditis atau perikarditis usai mendapat vaksin Moderna cenderung muncul dalam beberapa hari setelah menerima dosis kedua. Namun, FDA menambahkan bahwa efek samping ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi pada banyak orang.

Gejala yang Ditimbulkan

Selain itu, jika Anda mengalami gejala miokarditis atau perikarditis usai mendapat vaksinasi, maka Anda harus segera mendapat pertolongan dokter. Gejala yang ditimbulkan meliputi nyeri dada, sesak napas, dan jantung terasa berdebar dengan kencang.

Sedangkan menurut CDC, efek samping pada jantung tersebut biasanya terjadi pada remaja dan orang dewasa yang usianya masih muda. Sebagian besar dari orang yang mengalami gejala tersebut dan langsung mendapat perawatan maka bisa segera sembuh dengan cepat.

Selain itu, ada efek samping lagi yang dilaporkan terkait penggunaan vaksin, yaitu munculnya reaksi alergi yang parah seperti anafilaksis. Akan tetapi hal ini jarang ditemukan, karena dari 7.581.429 dosis vaksin Moderna yang diberikan, hanya terdapat 19 laporan munculnya gejala anafilaksis.

Seperti vaksin Pfizer, vaksin Moderna COVID-19 mengandung bahan yang disebut polietilen glikol (PEG), yang telah menimbulkan kekhawatiran terkait potensinya untuk memicu reaksi alergi. PEG, yang umumnya ditemukan dalam obat pencahar, bekerja dalam vaksin sebagai lapisan pelindung untuk molekul mRNA saat memasuki sel. Masih belum jelas apakah PEG adalah penyebab reaksi alergi yang dilaporkan atau apakah konsentrasi PEG dalam vaksin cukup untuk menyebabkan reaksi.

Perlu dicatat bahwa alergi PEG sangat jarang terjadi. Menurut CDC, siapa pun dengan riwayat reaksi alergi terhadap PEG tidak boleh mendapatkan vaksin mRNA COVID-19 dan harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat alternatifnya.