Swedia Resmi Ingin Gabung NATO, Putin Sedikit Kalem
- Ini adalah keputusan besar karena selama lebih dari 200 tahun negara ini telah bersikap netral.
Nasional
STOCKHOLM-Swedia secara resmi mengkonfirmasi akan mengajukan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini adalah keputusan besar karena selama lebih dari 200 tahun negara ini telah bersikap netral.
Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson pada Senin 16 Mei 2022 mengumumkan keputusan resmi tersebut. Pengemuman dikeluarkan setelah debat di parlemen terkait rencana tersebut.
Andersson menambahkan mayoritas suara di parlemen Swedia telah setuju untuk bergabung dengan NATO. Dari delapan partai Swedia hanya dua partai kecil berhaluan kiri yang menentang langkah tersebut.
- Kementerian PUPR Rampungkan Proyek Jalan dan Jembatan Kawasan Candi Borobudur Senilai Rp357 Miliar
- AP I : Bandara Juanda Paling Sibuk Selama Musim Mudik Lebaran 2022
- Hore! Indodax Buka Kembali Perdagangan Aset Kripto Terra (LUNA) Mulai 17 Mei
"Hal terbaik untuk Swedia dan penduduk Swedia adalah bergabung dengan NATO,” katanya dikutip dari Sky News." . Dia berharap proses menjadi anggota NATO tidak akan berjalan lebih dari satu tahun.
Swedia telah menghindari aliansi militer sejak akhir Perang Napoleon. Seperti Finlandia, ia tetap netral selama Perang Dingin, tetapi menjalin hubungan lebih dekat dengan NATO setelah runtuhnya Soviet.
Sebelum adanya invasi Rusia ke Ukraina, opini publik di kedua negara ini dengan tegas menentang bergabung dengan NATO.
Andersen mengakui masa-masa transisi sebelum menjadi anggota NATO negaranya akan rawan oleh serangan dari Rusia dalam segala bentuknya. Namun Norwegia, Denmark dan Islandia berjanji untuk melindungi kedua negara tersebut jika mereka menjadi korban agresi
Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Stoere mengatakan besama dengan Denmark dan Islandia, negaranya siap membantu tetangga Nordiknya dengan segala cara yang diperlukan.
Tanggapan Rusia
Menanggapi hal ini Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui masuknya Swedia dan Finlandia dalam NATO akan menjadi masalah bagi Rusia. Untuk itu dia meyakinkan akan ada reaksi dari Moskow.
Berbicara tentang ekspansi NATO pada pertemuan puncak Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia di Moskow dia mengatakan Rusia tidak memiliki masalah dengan Finlandia dan Swedia. Tetapi perluasan infrastruktur militer di wilayah mereka akan menuntut reaksi.”Itu adalah masalah bagi Rusia dan merupakan kepentingan Amerika,” katanya.
Dia juga mengatakan Rusia perlu memberi perhatian tambahan pada apa yang dia katakan sebagai rencana NATO untuk meningkatkan pengaruh globalnya.
Meski mengatakan akan ada reaksi, pernyatan Putin kali ini bisa dikatakan cenderung kalem karena tidak menggunakan retorika yang meledak-ledak dan mengeluarkan ancaman ke salah satu negara. Selama ini Putin dikenal agresif dan mengutuk NATO.
Pakar geopolitik dan keamanan nasional Dmitri Alperovitch mengatakan dampak praktis dari masuknya Swedia dan Finlandia ke NATO sebenarnya akan terbatas. Hal ini karena selama ini kedua negara tersebut sudah tunduk di bawah persyaratan keanggotaan Uni Eropa mereka. Bergabungnya ke NATO hanya akan menjadi penegasan dan penekanan pada sisi militer.
Sedangkan Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Rusia mengamati dengan cermat keputusan Swedia dan Finlandia. Dia meyakini aksesi mereka tidak akan memperkuat keamanan Eropa.
Namun di sisi lain dia mengatakan ini adalah masalah serius, masalah yang menimbulkan kekhawatiran Rusia dan pihaknya akan mengikuti dengan sangat hati-hati.
Peskov juga menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Ukraina, Rusia tidak memiliki sengketa wilayah dengan Finlandia atau Swedia. Sebelumnya, wakil menteri luar negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan rencana Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan aliansi militer adalah kesalahan yang akan memiliki konsekuensi yang luas.
“Mereka seharusnya tidak memiliki ilusi bahwa kita hanya akan menerimanya – dan juga Brussels, Washington, dan ibu kota NATO lainnya.” Katanya. Dia menegaskan tingkat ketegangan militer secara umum akan meningkat dan prediktabilitas di bidang ini akan berkurang.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko saat pertemuan puncak CSTO di Moskow mendesak anggota lain dari kelompok itu untuk bersatu. Dia mengatakan sanksi neraka terhadap negaranya dan Rusia dapat dihindari jika aliansi bisa satu suara.
"Tanpa front persatuan, Barat kolektif akan membangun tekanan di ruang pasca-Soviet," katanya.