drone kardus.jpg
Tekno

Sypaq PPDS, Drone Kardus yang Ikut Bertempur di Ukraina

  • Drone telah muncul sebagai salah satu senjata utama dalam perang Rusia-Ukraina.

Tekno

Amirudin Zuhri

CANBERRA-Drone telah muncul sebagai salah satu senjata utama dalam perang Rusia-Ukraina. Dari pemburu dan penghancur tank yang mengintai dengan rudal hingga quadcopters murah yang mengawasi parit musuh, kendaraan udara tak berawak  telah ada di mana-mana. 

Tetapi sisi negatif dari ketergantungan pada drone adalah korban yang sangat besar. Lambat, terbang rendah, dan tidak bersenjata, drone menjadi mangsa rudal anti-pesawat dipanggul, meriam anti-pesawat, dan bahkan senapan mesin dan senapan serbu.  Tambahkan daftar masalah dengan jammer kontra-drone, cuaca buruk, dan operator yang tidak berpengalaman.

Tidak heran jika Rusia dan Ukraina kemudian kehilangan banyak drone. Dan mereka  mati-matian berusaha memperoleh lebih banyak dari sumber dalam dan luar negeri.

Dan Ukraina menemukan sebuah solusi murah. Yakni drone yang terbuat dari karton. Pasukan Ukraina telah menggunakan drone kardus  yang diproduksi oleh perusahaan Australia Sypaq.

Menurut The Australian setidaknya 100 pesawat tak berawak dipasok ke Ukraina setiap bulan. Ini  memungkinkan pasukan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menjatuhkan bom, mengirimkan perbekalan, dan melakukan misi pengintaian penting.

Precision Payload Delivery System (PPDS) adalah drone yang digerakkan baling-baling yang dapat dirakit hanya dengan lem dan selotip.  Drone dibuat dari karton tebal berlapis lilin.  Karet gelang digunakan ntuk mengingat sayap dengan badan pesawat. Mereka dikendalikan oleh sistem panduan tingkat militer yang tidak memerlukan input pengguna setelah pesawat diluncurkan.

Drone PPDS dapat membawa muatan 3 kilogram  dan 5 kilogram. Tergantung pada modelnya. Mereka  dapat terbang hingga 120 kilometer. Meskipun tidak dibuat dari logam atau plastik yang tahan lama, beberapa drone PPDS telah berhasil melakukan 60 penerbangan di Ukraina. Karton dilapisi lilin untuk memungkinkan penerbangan dalam cuaca basah.

Drone dilipat hingga seukuran kotak pizza, dan 24 dapat dikemas ke dalam wadah. “Kita bisa menumpuk ini di atas palet. Kami juga mengembangkan avionik modular dan perangkat propulsi yang diharapkan dapat digunakan kembali,” kata chief engineer Sypaq Ross Osborne kepada The Australian.

PPDS awalnya dirancang sebagai drone sederhana dan mudah dipelajari. Pesawat dimaksudkan untuk menerbangkan misi pasokan jarak pendek untuk militer Australia. “Ketika beroperasi tanpa tautan data, jelas itu diatur dan dilupakan, dan melakukan pekerjaan yang baik untuk terbang ke bawah, memantau medan dan mencari tahu pola dan pendekatan pendaratan, mengingat kondisi cuaca,” kata Osborne. Militer Australia sejauh ini belum membeli drone tersebut.

Mungkin yang paling penting untuk perang gesekan jangka panjang di Ukraina adalah biayanya. Dengan harga US$1.000–$5.000 dolar Australia  atau Rp10 juta-Rp50 juta (kurs Rp10.000) per drone. Jelas  jauh lebih murah daripada MQ-9 Reaper yang harganya sekitar US$30 juta atau sekitar Rp449 miliar (kurs Rp15.000).

Jamey Jacob, Direktur Institut Riset Sistem Tak Berawak di Oklahoma State University kepada Popular Mechanics mengatakan drone semacam ini memang tidak kuat, tetapi mereka melakukan pekerjaan dengan harga yang tepat

Menariknya, meski drone kardus rapuh mereka lebih tersembunyi dari drone lainnya. “Karton transparan terhadap radar, jadi lebih sulit dikenali.  Radar akan menangkap hal-hal seperti listrik, baterai, dan baling-baling, tetapi bukan kartonnya,” kata  Jacob

Kapasitas muatan 5 kg berarti drone PPDS dapat membawa beberapa magazine senapan ke peleton infanteri yang terkepung. Atau  beberapa granat atau bom improvisasi untuk dijatuhkan ke musuh. Tapi itu masih membutuhkan drone  lebih besar dengan jangkauan  lebih jauh dan muatan yang lebih besar.