<p>Toko milik Bhinneka.com / Facebook @bhinnekacom</p>
Fintech

Tahun 2022, Ideosource Targetkan Pendanaan Hingga Rp 861 Miliar

  • JAKARTA –Perusahaan Modal Ventura Ideosource Venture Capital bertekad menggandakan pendanaan yang mereka lakukan ke perusahaan rintisan atau startup tahun depan
Fintech
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA –Perusahaan Modal Ventura Ideosource Venture Capital bertekad menggandakan pendanaan yang mereka lakukan ke perusahaan rintisan atau startup tahun depan, dari saat ini sekitar US$30 juta  atau kisaran Rp430,7 miliar (asumsi kurs Rp14.357 per dollar AS) menjadi US$60 juta atau setara Rp861,4 miliar. 

Managing Partner Ideosource VC & Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menyatakan perusahaan akan menyasar sektor-sektor yang masih sangat potensial di Indonesia, termasuk juga hiburan, property, pertanian, ecommerce dan solusi blockchain. 

“Kita akan menyasar sektor yang masih sangat berkembang yah. Saat ini kita kelola mungkin sekitar 30 an juta (dolar AS), next year hopefully ekspansi kita bisa lebih besar lagi, mungkin bisa double yah,” kata dia kepada TrenAsia.com, Minggu (28/11/2021).

Ditambahkan Edward, sektor hiburan sedang berkembang pesat di Indonesia. Ideosource melalui Ideosource Entertainment masih akan fokus menggarap beberapa film ke depan.  Sebelumnya, Idesource sukses menggarap sejumlah film populer seperti  Keluarga Cemara, Gundala, Bebas, Sobat Ambyar, Backstage, dan Losmen Bu Broto sebagai co-producer. 

Selain  itu sektor pertanian seperti pengelolaan limbah, kredit karbon maupun agritech juga masih diseriusi. 

Pihaknya juga terus mengeksplor sektor blockchain-related initiative yang nantinya menggabungkan penggunaan blockchain di sektor pertanian dan crossborder producer Indonesia yang nantinya akan meningkatkan skill para produsen Indonesia agar bisa secara kompetitif mengekspor produknya ke pasar global melalui pelatihan dan sertifikasi. 

Tekait preferensi kandidat startup yang akan didanai, Edward memastikan yang dipilih adalah mereka yang siap melakukan pivot jika memang sektor yang digelutinya masih precatious mesti pivot, memiliki value chain yang kuat sehingga bisa sustainable ke depannya. Pihaknya tidak akan mendanai startup yang belum terlalu kuat fundamentalnya dengan nominal yang terlalu besar. 

“Tahun ini khususnya akhir tahun banyak banget dana yang siap masuk ke startup dari perusahaan modal ventura. Tapi memang kendalanya kita perlu melihat lagi ke yang memang fundamentalnya kuat,” tambah Edward.

Skema pendanaan baru

Belakangan, Ideosource beralhi ke skema pendanaan venture debt yang agak berbeda dari yang berbasis ekuitas. Venture debt merupakan pembiayaan utang yang biasanya disertai opsi waran, atau konversi utang menjadi saham. Tidak ada saham yang terdelusi dalam venture debt, kecuali disepakati di waran. 

Sejak 2014, Ideosource minimal mendanai sebesar US$ 200.000, yang dianggap cukup bagi startup untuk berjalan sampai 18 bulan. Enam bulan pertama startup akan mengembangkan produknya agar lebih matang, enam bulan kedua adalah fase penjualan atau traction, dan enam bulan terakhir digunakan startup untuk melakukan fundrising lagi ke investor. Kemudian lazimnya, lima atau 10 tahun kemudian startup tersebut dijual. 

Namun lewat skema venture debt belakangan, Ideosource kini tidak lagi membatasi. PIhaknya ingin menjalankan model operating holding. Semakin banyak startup yang bisa IPO, pada akhirnya Ideosource sebagai operating holding pun bisa IPO.

“Dengan skema baru ini, komitmen kami terhadap semua portofolio investasinya menjadi long term. Kami tidak masuk untuk segera menjualnya, tapi benar-benar duduk bersama seakan kami co–founder. Kami bangun secara organik dan kami dorong mereka untuk IPO,” kata Edward. 

Menurutnya, hampir semua perusahaan yang melalui screening yang bagus masih berjalan. Bagus artinya founder-nya bagus, ulet, dan berintegritas. 

Dalam perjalanannya, memang mereka belum tentu memiliki satu arah yang pas, tapi menjadi semakin baik setelah melalui bimbingan. Sudah beberapa startup di bidang periklanan, perfilman, pertanian, dan pengolahan limbah tebu yangdidanai dengan skema venture debt ini.

“Untuk para pendiri startup, targetnya jangan hanya mendapatkan dana tetapi setelah itu lupa tujuannya. Dan mulailah dengan masalah dan sebisa mungkin fokus ke masalah yang pasarnya besar, dan jangan hanya bermain di tengah-tengah kota saja. Coba main sampai pelosok, di sana banyak isu yang harus diselesaikan tapi potensinya juga banyak,” tambah Edward.