Tahun 2023, Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ungguli China
- Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan mencapai 4,8% atau lebih tinggi dari China.
Nasional
Jakarta - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap unggul dari China pada 2023. Namun tahun depan, pertumbuhan Ekonomi China bakal segera menyalip Indonesia.
Berdasarkan data dari Global Economic Prospect edisi Januari 2023, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh hingga 5,2% pada 2022, lebih tinggi dari proyeksi yang disiarkan pada Juni 2022 yakni sebesar 5,1%.
Sayangnya pada 2023, pertumbuhan ekonomi Tanah Air diperkirakan makin melambat menjadi 4,8% dan sedikit. Tahun berikutnya, angka pertumbuhan ekonomi diprediksi naik tipis menjadi 4,9% pada.
Adapun penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air terjadi akibat tekanan perlambatan ekonomi global yang berpotensi memperlambat permintaan ekspor hingga investasi. Disamping itu, perlambatan dipicu konflik Rusia dan Ukraina, tingginya inflasi, serta suku bunga yang tinggi.
- 3 Cara Sederhana Agar Anda Bahagia
- Ingin Cepat Kaya? Coba Gaya Hidup Frugal Living
- Pemerintah Resmi Teken Kontrak Kerja Sama 2 Blok Migas di Aceh
"PDB Indonesia diproyeksikan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,9 persen pada tahun 2023-2024, hanya sedikit lebih lambat dari tahun 2022, yang mencerminkan pelemahan namun belanja swasta tetap kuat," tulis laporan Bank Dunia seperti dikutip Kamis, 12 Januari 2022.
Sedangkan China, sebagai negara dengan Ekonomi terbesar di Asia, pertumbuhan ekonominya hanya akan mencapai 2,7% pada 2022. Pada 2023, pertumbuhannya lalu naik ke angka 4,3% dan melesat menjadi 5% pada 2024.
Meski begitu, pertumbuhan ini masih jauh lebih rendah dari pertumbuhan yang terjadi pada 2021 sebesar 8,1%.
Sebagai informasi, Bank Dunia mencatat, perlambatan ekonomi China pada 2022 lebih disebabkan dampak pembatasan untuk menangani Pandemi COVID-19, kekeringan yang melanda, serta tekanan pada sektor properti. Inilah yang kemudian menyebabkan tingkat konsumsi, produksi, dan investasi residensial tertahan pada periode itu.
"Penjualan properti, pembangunan rumah baru, dan harga rumah baru terus menurun, dan beberapa pengembang properti gagal membayar kewajiban utangnya," kata laporan Bank Dunia.
Meski demikian, Bank Dunia menyebut China pada akhirnya dapat mencapai titik balik. Ekonomi China mampu bertahan dan naik pada tahun ini ditopang dukungan fiskal yang berfokus pada infrastruktur, pemotongan suku bunga kebijakan dan rasio persyaratan cadangan, serta langkah-langkah pelonggaran peraturan, termasuk subsidi tunai dan persyaratan uang muka yang lebih rendah.
"Secara keseluruhan, pertumbuhan diperkirakan melambat menjadi 2,7 persen pada tahun 2022, atau1,6 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya. Kecuali tahun 2020, laju pertumbuhan terlemah sejak pertengahan 1970-an," tulis Bank Dunia.
Sebagaimana diketahui, tahun ini pemerintah China mencabut peraturan pembatasan selama pandemi. Kebijakan ini akhirnya diperkirakan mampu mendorong belanja konsumen yang selama ini tertahan di negara itu.
"Tapi pertumbuhan ini adalah 0,9 persen poin di bawah prakiraan sebelumnya. Terutama karena gangguan terkait pandemi yang lebih lama dari perkiraan, permintaan eksternal yang lebih lemah, dan pelemahan yang berlarut-larut di sektor real estate," tulis Bank dunia.
Sementara, gangguan pada ekonomi China pada tahun ini dan ke depan diperkirakan masih berlanjut terutama karena dampak lanjutan dari COVID-19, peristiwa cuaca ekstrem, dan tekanan sektor real estate yang berkepanjangan.