<p>Warga bertransaksi dengan uang elektronik berbasis kartu di Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional

Tahun 2023, Transaksi Uang Elektronik Meroket 43 Persen

  • Pada tahun 2023, transaksi uang elektronik mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, meningkat sebanyak 43,45% secara year-on-year (yoy) dan mencapai Rp835,84 triliun.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, melaporkan bahwa nilai transaksi uang elektronik meroket sekitar 43% pada tahun 2023.

Dikatakan olehnya, sektor transaksi ekonomi dan keuangan digital terus menunjukkan performa yang kuat, didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.

Pada tahun 2023, transaksi uang elektronik mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, meningkat sebanyak 43,45% secara year-on-year (yoy) dan mencapai Rp835,84 triliun. 

Diperkirakan pertumbuhan ini akan terus berlanjut dengan proyeksi kenaikan sebesar 25,77% (yoy) hingga mencapai Rp1.051,24 triliun pada tahun 2024. 

Selanjutnya, transaksi menggunakan QRIS juga mengalami pertumbuhan tajam, tumbuh sebanyak 130,01% yoy dan mencapai Rp229,96 triliun. 

Jumlah pengguna mencapai 45,78 juta, dengan 30,41 juta di antaranya merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sementara itu, nilai transaksi digital banking mencapai Rp58.478,24 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,48% yoy. Proyeksi untuk tahun 2024 menunjukkan perkiraan peningkatan sebesar 9,11% yoy, dengan harapan mencapai Rp63.803,77 triliun.

Meskipun begitu, terdapat penurunan sebesar 0,81% (YoY) dalam nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit, yang mencapai Rp8.178,69 triliun. 

Dari perspektif pengelolaan uang rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Desember 2023 mengalami peningkatan sebesar 7,33% yoy, mencapai Rp1.101,75 triliun. Hal ini mencerminkan adanya pertumbuhan dalam penggunaan uang tunai dalam kegiatan transaksi sehari-hari.

Sejalan dengan hal ini, transaksi BI-FAST dan BI-Real Time Gross Settlement (RTGS) terus mengalami peningkatan, di mana BI-FAST masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk melakukan transfer dana.

Stabilitas sistem pembayaran yang baik terlihat dari tidak adanya reject transaksi BI-RTGS dan BI-Scripless Securities Settlement System (SSSS) yang terkait dengan permasalahan likuiditas. 

Keberhasilan SPBI ini tidak terlepas dari kelancaran sisi operasional, yang tercermin dari sistem yang tetap tersedia 100%.

Gubernur Perry Warjiyo juga menekankan pentingnya ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh Indonesia.

Hal ini diwujudkan melalui program pengedaran uang Rupiah ke daerah Terluar, Terdepan, dan Terpencil (3T), serta melalui kegiatan Kas Keliling, Kas Titipan, dan Ekspedisi Rupiah Berdaulat.