Tahun 2025 Berpotensi Positif untuk Perbankan, OJK Ingatkan Risiko Kebijakan Trump
- Meski prospek pertumbuhan perbankan terlihat positif, OJK tetap mengingatkan bank-bank untuk mempertimbangkan kondisi perekonomian global dalam menyusun target dan strategi bisnis.
Perbankan
JAKARTA – Tahun 2025 diproyeksikan menjadi tahun optimisme bagi sektor perbankan di Indonesia, seiring dengan prediksi pertumbuhan kredit yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 11-13%. Proyeksi ini diharapkan membawa dampak positif terhadap industri perbankan nasional yang juga didukung oleh beberapa faktor eksternal.
Menanggapi proyeksi ini, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa prospek kinerja perbankan 2025 memiliki potensi pertumbuhan yang kuat.
Namun, Dian menambahkan bahwa target perbankan untuk tahun 2025 yang akan dirilis dalam Rencana Bisnis Bank Umum (RBB) baru akan dipublikasikan pada Desember 2024, setelah seluruh bank menyerahkan rencana bisnis mereka pada akhir November 2024.
- Tidak Hanya Soal Bahlil, Inilah Deretan Masalah di Dunia Pendidikan Tinggi
- Diprotes Legislatif, Menkeu Bergeming Soal Kenaikan PPN
- Rauf Purnama, Pemimpin Baru ANTM dengan Pengalaman Strategis
Pengaruh Pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) Terhadap Ekonomi Indonesia
Salah satu faktor eksternal yang diproyeksikan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 adalah potensi pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) oleh Bank Sentral Amerika Serikat.
Dian menjelaskan bahwa penurunan FFR akan memberikan dampak positif bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.
“Bagi perbankan Indonesia, penurunan FFR yang diikuti dengan penyesuaian BI Rate akan berdampak pada turunnya cost of fund bank, sehingga meningkatkan profitabilitas dan membuka ruang bagi bank untuk menurunkan suku bunga kredit serta mengakselerasi pertumbuhan kredit,” kata Dian melalui jawaban tertulis, dikutip Jumat, 15 November 2024.
Dengan turunnya cost of fund, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank dalam mendapatkan dana akan berkurang, sehingga bank memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan suku bunga kredit.
Hal ini berpotensi mempercepat pertumbuhan kredit di dalam negeri, yang pada akhirnya dapat menggerakkan perekonomian nasional.
Baca Juga: Pengetatan Likuiditas dan Dampak Terpilihnya Trump ke Perbankan RI
Dukungan Hasil Survei Bisnis OJK
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil Survey Bisnis Orientasi Perbankan OJK (SBPO), yang menunjukkan bahwa mayoritas bank menyambut baik penurunan FFR sebagai salah satu langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Menurut hasil survei ini, bank-bank di Indonesia percaya bahwa penurunan FFR dapat memberikan stimulus positif terhadap pertumbuhan ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia.
Hal ini menjadi modal bagi sektor perbankan untuk meningkatkan pertumbuhan kredit dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Peran Pemilu AS dan Tantangan Ekonomi Global
Meski prospek pertumbuhan perbankan terlihat positif, OJK tetap mengingatkan bank-bank untuk mempertimbangkan kondisi perekonomian global dalam menyusun target dan strategi bisnis.
Dian Ediana Rae menekankan pentingnya hasil Pemilu Amerika Serikat pada 2024, yang dinilai akan memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi global.
“Hasil Pemilu AS dan dampaknya terhadap kondisi perekonomian global dan domestik tetap harus dipertimbangkan oleh perbankan dalam penyusunan target dan strategi bank,” tegasnya.
Dengan perubahan kebijakan di Amerika Serikat, kondisi ekonomi global dapat bergerak dinamis, dan perbankan Indonesia diharapkan dapat beradaptasi untuk tetap meraih pertumbuhan yang optimal.
- Inilah 5 Perusahaan Batu Bara Terbesar di Indonesia
- Terdapat Selisih Anggaran Rp803 miliar dalam Laporan Keuangan WIKA periode 2023
- Pusat AI Nvidia Senilai Rp3 T Mulai Dibangun di Solo Tahun 2025
Kesimpulan: Optimisme Tinggi di Tengah Tantangan Global
Secara keseluruhan, tahun 2025 diproyeksikan sebagai periode dengan prospek yang cerah bagi sektor perbankan Indonesia. Dukungan faktor eksternal seperti penurunan FFR dan harapan pemulihan ekonomi global menjadi dasar kuat bagi optimisme pertumbuhan perbankan.
Dengan target kredit dari BI yang optimis, serta peran aktif perbankan dalam menyesuaikan suku bunga kredit, diharapkan kinerja perbankan di Indonesia akan terus membaik.
Namun, dengan tetap memperhatikan faktor global seperti Pemilu AS, bank-bank di Indonesia diharapkan mampu menyusun strategi yang bijak dan adaptif.
Kinerja perbankan pada 2025 akan ditentukan oleh keberhasilan mereka dalam menavigasi kondisi eksternal dan memanfaatkan peluang yang ada di pasar domestik.