<p>AgenBRILink. / Perseroan</p>
Industri

Tahun Ini BRI Berharap Kredit Bisa Tumbuh 5 Persen

  • JAKARTA – Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 4-5%. Target tersebut diikuti dengan rasio non-performing loan  NPL yang akan dimanage di level 3%. “Hingga saat ini kredit BRI sudah tumbuh lebih dari 4 persen, artinya kami menargetkan kredit berada di kisaran 4-5 persen tahun ini,” kata dia […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 4-5%. Target tersebut diikuti dengan rasio non-performing loan  NPL yang akan dimanage di level 3%.

“Hingga saat ini kredit BRI sudah tumbuh lebih dari 4 persen, artinya kami menargetkan kredit berada di kisaran 4-5 persen tahun ini,” kata dia dalam paparan kinerja kuartal III-2020 secara virtual, Rabu, 11 November 2020.

Sunarso menjelaskan, saat ini perseroan tengah fokus pada penyaluran kredit dengan skema penjaminan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), KUR Super Mikro, dan Kredit Modal Kerja (KMK).

Utamanya, target nasabah adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, pihaknya juga akan menggenjot pertumbuhan pendapatan yang bersifat nonbunga.

Pendapatan yang dimaksud fee-based income tersebut ditargetkan tumbuh 8% untuk tahun ini. Sebab, katanya, realisasinya tumbuh pesat dengan kontribusinya terhadap total pendapatan mencapai double digit.

Kemudian, Sunarso juga menargetkan loan to deposit ratio (LDR) kurang lebih 85%. Dketahui, LDR bank bersandi BBRI ini per kuartal III-2020 sebesar 82,6%.

Adapun net interest margin (NIM) BRI dipatok pada angka 5,7%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target sebelumnya sebesar 5,5%.

“Kami masih menargetkan kenaikan NIM,” ungkap Sunarso.

Operating expense is an expenditure (OPEX) juga ditarget kurang lebih 9%, dengan cost of fund pada level 3,2%.

Alami Perlambatan Kinerja

Diketahui, per kuartal III-2020, secara konsolidasi laba perseroan minus hingga 42,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp14,15 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bank pelat merah ini tercatat sebesar Rp24,7 triliun.

Sunarso mengungkapkan, pihaknya memang tidak mengambil semua pendapatan menjadi laba. Sebab, BRI lebih memilih untuk melakukan pencadangkan untuk antisipasi situasi ekonomi yang belum pasti.

“Kami menjalankan strategi, salah satunya melalui pencadangan, sehingga pendapatan tahun ini tidak semua kami ambil sebagai laba,” jelas Sunarso.

Di sisi lain, penyaluran kredit BRI secara konsolidasi masih tumbuh 4,86% yoy, tercatat sebesar Rp935,35 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp891,97 triliun.

Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang sebesar 0,12% per September 2020.

Adapun penyokong utama pertumbuhan kredit adalah segmen mikro dan retail menengah. Kredit mikro pada periode ini tumbuh 8,91% yoy dan kredit retail menengah tumbuh 9,93% yoy.

Penyaluran kredit tersebut dilakukan seiring dengan NPL yang terjaga di angka 3,12%. Secara konsolidasi, NPL coverage sebesar 203,47% dan bank only kurang lebih 215%.

Kemudian, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per kuartal III 2020 tercatat Rp1.131 triliun, atau naik 18% yoy.

Dana murah atau CASA masih menjadi portofolio simpanan BRI yang mencapai 59,02% dari total DPK senilai Rp668,1 triliun.

Selain itu, total aset secara konsolidasi mencapai Rp1.447,85 triliun atau tumbuh 10,89% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.305,6 triliun.

Likuiditas lainnya terlihat dari rasio LDR BRI sebesar 82,63%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 82,99%.

“Hal ini menunjukkan bahwa BRI memiliki likuiditas yang memadai untuk tetap tumbuh,” ujarnya.

Penurunan LDR ini, katanya, telah membuka ruang terhadap penurunan cost of fund, dengan rasio permodalan atau CAR di level 20,92%.