Tahun Ini Harum Energy (HRUM) Turunkan Target Produksi Batu Bara
- Emiten pertambangan PT Harum Energy Tbk (HRUM) memutuskan untuk menurunkan target produksi batu bara sepanjang 2024 menjadi 6,1 juta ton.
Korporasi
JAKARTA – Emiten pertambangan PT Harum Energy Tbk (HRUM) memutuskan untuk menurunkan target produksi batu bara sepanjang 2024 menjadi 6,1 juta ton. Padahal, periode tahun sebelumnya, emiten milik konglomerat Kiki Barki ini mampu merealisasikan produksi sebesar 7 juta ton.
Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara, mengungkapkan penurunan produksi batu bara tahun ini dilakukan menstabilkan biaya produksi emas hitam teersebut. Rencanannya emiten bersandikan HRUM akan memproduksi batu bara di kisaran 5 juta hingga 6,1 juta ton
“Penurunan produksi ini dikarenakan penyesuaian tingkat produksi dengan proyeksi harga batu bara tahun ini, proyeksi stripping ratio, sehingga kami memastikan biaya produksi dapat tetap terjaga stabil," kata Ray dalam Public Expose Perseroan secara virtual pada Jumat, 7 Juni 2024.
Ray bilang, pada awal tahun ini harga batu bara telah cukup stabil dibandingkan dengan enam bulan terakhir pada 2023. Dengan penurunan harga yang tidak berlanjut, HRUM berharap harga jual batu bara akan lebih stabil sepanjang tahun ini.
"Ke depannya kami harapkan harga jual batu bara lebih stabil. Realisasi harga tergantung dari komposisi penjualan domestik dan ekspor ke depan," ujar Ray.
Sementara itu, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, HRUM mencatatkan penjualan batu bara sebesar 1,7 juta ton. Penjualan ini mengalami penurunan sebesar 9,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1,8 juta ton.
Target Produksi Nikel
Terkait bisnis nikel, Ray menjelaskan bahwa HRUM menargetkan produksi nickel pig iron (NPI) dan matte sebesar 62.000-70.000 ton sepanjang tahun ini 2024. Target produksi ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 7.800 ton.
"Pada saat itu, kami hanya dapat mengkonsolidasikan produksi nikel dari Infei Metal Industry pada kuartal IV/2023," katanya.
Dari segi harga, HRUM memperhatikan fluktuasi harga nikel pada awal tahun ini setelah mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2023. Meskipun demikian, katanya, harga nikel telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, mencapai US$20.000 per ton.
Oleh sebab itu, HRUM optimis bahwa harga nikel akan tetap berada dalam kisaran US$16.000-US$20.000 per ton per tahun ke depan. Dengan demikian akan memberikan potensi margin yang baik bagi perusahaan.
Ray mencatat, hingga tiga bulan pertama tahun ini, HRUM berhasil mencetak volume penjualan nikel sebesar 8.509 ton. Angka tersebut meningkat 8,5% secara tahunan dibandingkan dengan kuartal IV-2023 yang hanya di level 7.842 ton.
Capex Jumbo
Ray juga mengungkapkan sepanjang tahun ini HRUM telah menganggarkan dana investasi dan belanja modal atau capital expenditure (capex) sepanjang 2024 sebesar US$687 juta, atau Rp11 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.227,50 per dolar AS.
“Dana sebesar US$687 juta mencerminkan 100% belanja modal dari seluruh Grup Harum Energy. Ini mencakup investasi baru yang sebagian besar atau sebesar 95% digunakan untuk menyelesaikan konstruksi bisnis nikel di PT Blue Sparking Energy,” kata dia.
Ray bilang sisa dana akan digunakan untuk pemeliharaan bisnis batu bara. Hingga 31 Maret 2024, belanja modal yang sudah direalisasikan HRUM mencapai US$144 juta, yang terutama digunakan untuk menambah properti pertambangan dan kendaraan.
“Kami sampaikan realisasi belanja modal ini masih dapat berubah, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi pasar, ketersedian dana, serta tidak termasuk proyek dan investasi baru perseroan,” tandasnya.
Berkaitan soal bisnis nikel HRUM, perseroan memiliki empat entitas anak yang kesemuanya dikonsolidasikan dalam laporan keuangan, yaitu PT Position, PT Infei Metal Industry, PT Westrong Metal Industry, dan PT Blue Sparkling Energy.
Ray menjelaskan PT Blue Sparking Energy saat ini masih dalam tahap konstruksi. Perusahaan ini diharapkan dapat memulai produksi komersialnya pada kuartal I-2026 dengan produk Mixed Hydroxide Precipitate, dan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 67.000 ton.
Absen Bagi Dividen
Oleh sebab itu, lanjut Ray, HRUM memutuskan tidak melakukan pembagian dividen tahun buku 2023 lantaran dana akan digunakan untuk menunjang pengembangan bisnis perseroan. Keputusan ini telah disepakati melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini Jumat, 7 Juni 2024 di Jakarta.
“Sehubungan dengan investasi dengan proyek-proyek valuires dan dikerjakan. Jadi Perseroan menganggap lebih bijak untuk mencadangkan kas perseroan untuk terealisasi dari proyek-proyek tersebut,” jelasnya.
Asal tahu saja, sepanjang 2023 perseroan membukukan pendapatan US$925,52 juta pada 2023 atau sekitar Rp14,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.881,00 per dolar AS). Pendapatan itu naik 2,33% dari pendapatan 2022 yang tercatat sebesar US$904,44 juta
Sayangnya, meskipun pendapatan mengalami kenaikan, laba perseroan harus turun sebesar 49,94% dibandingkan dengan laba pada tahun 2022 yang mencapai US$301,75 juta. Namun, aset HRUM hingga akhir 2023 meningkat menjadi US$1,63 miliar dari US$1,28 miliar pada tahun 2022.
Dari lantai bursa, pada sesi pertama perdagangan Jumat, 7 Juni 2024, saham HRUM diparkir melemah 1,68% ke level Rp1.170 per saham. Pada perdagangan tahun berjalan, nilai emiten tambang nikel dan batu bara ini terpantau tertekan sebesar 15,22%.