Taiwan Tak Gentar Oleh 'Ancaman Otoriter' China
- China memiliki ketidaksukaan khusus terhadap Lai, yang sebelumnya telah menggambarkan dirinya sebagai “pekerja praktis untuk kemerdekaan Taiwan”.
Dunia
JAKARTA - Jika Taiwan aman, dunia aman. Taiwan tidak akan mundur dalam menghadapi ancaman otoriter dari China. Hal itu disampaikan Wakil Presiden Taiwan, William Lai, kepada para pendukungnya dalam kunjungan ke Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu.
Diketahui, Beijing telah mengutuk kunjungan tersebut lantaran dianggap sebagai langkah provokatif. William Lai, yang juga merupakan kandidat terkuat untuk menjadi presiden Taiwan berikutnya dalam pemilihan Januari. Dia transit di AS sebelum menuju pelantikan presiden baru di Paraguay.
Paraguay adalah salah satu dari hanya 13 negara yang menjalin hubungan formal dengan pulau yang diklaim oleh China tersebut. Dilansir dari Reuters, Senin 14 Agustus 2023, Taiwan dan AS menyatakan kunjungan singkat Lai ke AS adalah kegiatan rutin.
- Undip Wisuda 411 Mahasiswa Bidikmisi, Bukti Pendidikan Bukan Hanya untuk Orang Kaya
- Meriahkan HUT ke-78 Republik Indonesia, KAI Banjir Promo Tiket Menarik
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 14 Agustus 2023 untuk Wilayah DKI Jakarta
Namun China telah mengutuknya dan menyebut Lai sebagai “pengacau” yang ingin memisahkan diri. "Jika Taiwan aman, dunia pun aman, jika Selat Taiwan tenteram, maka dunia akan tenteram,” ujar Lai saat makan siang di New York.
“Kita sudah berada pada jalur yang benar. Jangan takut dan berbalik arah karena ancaman yang semakin meningkat dari otoritarianisme. Kita harus berani dan kuat untuk terus mengembangkan Taiwan di jalan demokrasi,” imbuhnya.
China memiliki ketidaksukaan khusus terhadap Lai, yang sebelumnya telah menggambarkan dirinya sebagai “pekerja praktis untuk kemerdekaan Taiwan,” suatu garis merah bagi Beijing yang tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya.
Lai telah berjanji untuk menjaga perdamaian dan status quo. Lai menegaskan kembali di New York bahwa berdasarkan pada martabat dan kesetaraan, ia “sangat bersedia” untuk berbicara dengan China dan mencari perdamaian dan stabilitas. Dia mengikuti kebijakan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Namun, Lai mengatakan bahwa ia akan melindungi kedaulatan Taiwan. Dia menegaskan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.