Ilustrasi industri multifinance.
IKNB

Tak Hanya Cost of Fund, Inilah Penyebab Turunnya Laba Bersih Sejumlah Multifinance

  • OJK terus mendorong perusahaan pembiayaan untuk melakukan diversifikasi objek pembiayaan, termasuk pembiayaan terhadap sektor produktif seperti pembiayaan investasi dan modal kerja untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Industri multifinance di Indonesia tengah menghadapi tantangan serius akibat kenaikan biaya dana yang mulai dirasakan oleh para pelaku di sektor ini. 

Hal ini berdampak pada penurunan laba beberapa perusahaan pada semester pertama tahun 2024. Namun, meskipun menghadapi tantangan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimis bahwa industri ini masih memiliki prospek positif hingga akhir tahun.

Proyeksi Kinerja Hingga Akhir Tahun

Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, mengungkapkan bahwa pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan (PP) tetap mengalami pertumbuhan yang cukup baik. 

"Pembiayaan multifinance kembali tumbuh sebesar 10,72% year-on-year (yoy) hingga Mei 2024, dibandingkan dengan pertumbuhan 11,21% yoy pada bulan sebelumnya. Total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp492,17 triliun," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK beberapa waktu lalu.

Agusman menambahkan, dengan melihat tren penyaluran pembiayaan yang terjadi, diproyeksikan pembiayaan multifinance dapat terus meningkat hingga mencapai 10-12% sampai dengan akhir tahun 2024. 

Meski demikian, tantangan terbesar bagi industri ini adalah mengatasi kenaikan biaya dana yang mempengaruhi margin keuntungan perusahaan.

Penurunan Penjualan Kendaraan Bermotor

Selain itu, penurunan kinerja sejumlah perusahaan multifinance pada semester I-2024 juga dipicu oleh turunnya penjualan mobil dan motor yang merupakan salah satu sektor utama pembiayaan di Indonesia. 

“Penurunan kinerja sejumlah perusahaan multifinance diperkirakan antara lain karena penurunan penjualan mobil dan motor pada semester I-2024,” ujar Agusman melalui jawaban tertulis, dikutip Kamis, 8 Agustus 2024. 

Menanggapi hal ini, OJK terus mendorong perusahaan pembiayaan untuk melakukan diversifikasi objek pembiayaan, termasuk pembiayaan terhadap sektor produktif seperti pembiayaan investasi dan modal kerja untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Perusahaan multifinance terus didorong untuk melakukan diversifikasi penyaluran objek pembiayaan baru, termasuk pembiayaan terhadap sektor produktif seperti pembiayaan investasi dan modal kerja untuk mendukung usaha UMK,” tegas Agusman.

Sebagai informasi, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales mobil menyusut 19,4% yoy menjadi 408.012 unit pada Januari-Juni 2024 dari 506.427 unit pada rentang periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sementara itu, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor di semester I-2024 mengalami penurunan tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari-Juni 2023, angkanya tercatat 3.201.930 unit atau 30.936 unit lebih banyak dari Januari-Juni 2024 yang mencatat sebanyak 3.170.994 unit.

Turunnya Laba Sejumlah Multifinance

Sejumlah perusahaan multifinance yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penurunan laba bersih pada semester I-2024 karena terhimpit beban dan turunnya pendapatan.

PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN)

PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) mengalami penurunan laba bersih yang signifikan, turun sebesar 80,26% pada paruh pertama tahun ini. 

Perusahaan ini hanya mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp128,21 miliar sepanjang semester I-2024, jauh dibandingkan dengan Rp649,65 miliar pada periode yang sama tahun 2023. 

Penurunan laba ini disebabkan oleh menurunnya jumlah pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada semester I-2024, total pendapatan CFIN tercatat sebesar Rp922,64 miliar, menurun 33,8% dari Rp1,39 triliun di periode yang sama tahun lalu. 

Penurunan ini terutama terlihat pada pendapatan lain-lain yang merosot 71,98%, di mana pada semester pertama tahun lalu, CFIN mencatat penerimaan kembali piutang yang dihapus buku sebesar Rp586,23 miliar, namun hanya Rp25,29 miliar pada semester pertama tahun ini. 

Kinerja PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF)

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 6,5% year on year (yoy) menjadi Rp765,19 miliar hingga semester I-2024, dibandingkan Rp818,45 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Meski demikian, total pendapatan ADMF justru meningkat 11,11% menjadi Rp5 triliun. Peningkatan ini didorong oleh pendapatan dari pembayaran konsumen yang naik 6,57% menjadi Rp3,14 triliun, pendapatan margin murabahah yang naik 12,75% menjadi Rp802,85 miliar, pendapatan dari sewa pembiayaan yang melonjak 76,23% menjadi Rp114,41 miliar, dan pendapatan lain-lain yang meningkat 18,4% menjadi Rp945,62 miliar.

Di sisi lain, Perseroan membukukan total beban Rp4,04 triliun dengan lonjakan hingga 16,31% secara tahunan pada paruh pertama tahun ini.

Beban bunga ADMF melonjak hingga 38,97% secara tahunan pada semester I-2024 dari Rp445,75 miliar menjadi Rp619,48 miliar.

Selain itu, biaya provisi juga meningkat signifikan 51,63% secara tahunan menjadi Rp1,22 triliun dari Rp807,78 miliar. 

Penurunan Laba PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)

PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatat penurunan laba bersih sebesar 19,16% pada semester I-2024, menjadi Rp685,79 miliar dibandingkan Rp848,39 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Penurunan laba ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan BFIN yang tercatat sebesar Rp3,10 triliun pada semester I-2024, turun dari Rp3,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. BFIN mencatat pembiayaan baru sebesar Rp9 triliun pada semester I-2024, dengan dominasi pembiayaan kendaraan bermotor sebesar 76,3% dari total pembiayaan.

PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN)

PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) melaporkan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 11,66% di semester I-2024 menjadi Rp213,36 miliar, dibandingkan dengan Rp241,54 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Meski laba bersih menurun, pendapatan Mandala Finance justru meningkat 3,55% menjadi Rp1,134 triliun dibandingkan Rp1,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Pendapatan ini terdiri dari pembiayaan konsumen sebesar Rp1,09 triliun, pendapatan bunga Rp22,47 miliar, dan pendapatan lain-lain Rp21,86 miliar di semester I-2024.

Beban MFIN juga meningkat menjadi Rp866,55 miliar dari Rp793,46 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.  

PT Bussan Auto Finance Tbk (BAFF)

PT Bussan Auto Finance Tbk (BAFF) mengalami penurunan laba tahun berjalan sebesar 64% pada paruh pertama tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Laba bersih perusahaan multifinance ini tercatat sebesar Rp58,94 miliar hingga Juni 2024. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan laba bersih tahun 2023 yang mencapai Rp163,79 miliar.

Dari sisi pendapatan, BAFF membukukan total pendapatan sebesar Rp2,26 triliun pada semester pertama tahun ini, yang hanya meningkat sebesar 1,8% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu sebesar Rp2,22 triliun. 

Namun, jumlah beban perusahaan turut meningkat menjadi Rp2,22 triliun dari sebelumnya Rp2,05 triliun.