Emas
Nasional

Tak Lagi Dikirim ke Jepang, Gresik Siap Olah Emas Freeport Mandiri

  • Indonesia optimistis untuk memulai produksi emas batangan sendiri dengan target hingga 50 ton per tahun, dimulai dari Mei 2024. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap impor emas.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

GRESIK - Indonesia optimistis untuk memulai produksi emas batangan sendiri dengan target hingga 50 ton per tahun, dimulai dari Mei 2024. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap impor emas.

Selain itu, upaya ini merespons minat investor global yang kembali tertarik pada investasi emas sebagai aset perlindungan terhadap inflasi dan gejolak politik global. Produksi emas batangan akan dilakukan di Manyar, Gresik, dengan menggunakan konsentrat yang diolah di smelter PT Freeport Indonesia (PTFI). 

Hal ini merupakan langkah strategis dalam mendukung industri pertambangan dalam negeri dan meningkatkan nilai tambah dari hasil tambang Indonesia. “Mulai Mei nanti Insya Allah kita akan memproduksi emas di dalam negeri di Manyar, Gresik, 50 ton per tahun,” terang Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, atau akrab disapa Tiko di Jakarta.

Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) harus mengirim konsentrat hasil tambang ke Jepang untuk diolah menjadi emas batangan. Proses ini melibatkan pengiriman konsentrat dari Papua, Indonesia, ke fasilitas pengolahan di Jepang, di mana konsentrat tersebut diolah menjadi emas batangan. 

Setelah proses pengolahan selesai, emas batangan kemudian harus didatangkan kembali ke Indonesia untuk digunakan atau dijual di pasar domestik.

Selain memakan waktu yang cukup lama, proses ini juga menimbulkan biaya logistik yang signifikan dan mengurangi nilai tambah yang bisa diperoleh Indonesia dari hasil tambangnya.

Menurut Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, investasi emas kembali diminati oleh investor global, dan produksi emas batangan domestik akan menjadi dorongan positif bagi perekonomian Indonesia.

Pegadaian, institusi keuangan milik pemerintah, juga siap membuka layanan bank emas untuk memfasilitasi investasi emas masyarakat. 

Namun, implementasi layanan bank emas Pegadaian masih menunggu peraturan resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Damar Latri Setiawan, Direktur Utama Pegadaian, menyatakan kesiapan institusi tersebut untuk menyediakan layanan bank emas kepada masyarakat, namun proses ini terhambat oleh peraturan yang masih dalam proses pengesahan.

Tiko, menginstruksikan Pegadaian untuk melakukan sosialisasi yang masif terkait layanan bank emas kepada masyarakat guna memberikan pemahaman yang lebih luas terkait investasi emas.

“Untuk mekanisme, misalnya masyarakat menabung emas kemudian dapat margin emas bisa, atau mungkin pengusaha emas mau pinjam emas, bukan duit, pinjam emas kembali emas itu bisa" terang Damar.

Langkah Indonesia untuk memproduksi emas batangan sendiri diharapkan dapat mengurangi impor emas, memperkuat kedaulatan ekonomi negara, serta memberikan lebih banyak pilihan dan aksesibilitas bagi masyarakat dalam berinvestasi.