Tak Mau Dikuasai Asing, BUMN Turun Gunung Danai Start Up Lokal
- JAKARTA – Di usianya yang menginjak 76 tahun, etalase ekonomi Indonesia terpantau mulai diisi oleh perusahaan rintisan berbasis digital (start up). Teranyar, pu
Fintech
JAKARTA – Di usianya yang menginjak 76 tahun, etalase ekonomi Indonesia terpantau mulai diisi oleh perusahaan rintisan berbasis digital (start up). Teranyar, putra putri Indonesia berhasil menelurkan 1 decacorn (startup dengan valuasi US$1 miliar) dan 7 unicorn (start up dengan valuasi US$10 miliar).
Tak main-main, Indonesia berada di urutan kelima dari sisi jumlah startup terbanyak di dunia. Berdasarkan data Startup Ranking (31/10), negara dengan startup paling banyak di dunia yakni Amerika Serikat (AS), 69.565 perusahaan, India (11.819), Inggris (6.025), Kanada 3.145, dan Indonesia (2.305). Negara lain di Asia Tenggara yang masuk 12 besar yakni Singapura (989).
Laporan Cento Ventures bertajuk SE Asia Tech Investment FY 2020 menunjukkan, pendanaan ke start up Asia Tenggara turun 3,5% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$8,2 miliar tahun lalu.
Investasi ke perusahaan rintisan Indonesia merupakan yang terbesar, yakni 70%. Penurunan pendanaan 3,5% yoy lebih kecil dibandingkan India yang mencapai 31% dan Afrika 38%.
Berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70% terhadap total pendanaan. Lalu Singapura (14%), Malaysia (5%), Thailand (5%), Vietnam (4%), dan Filipina (2%). Sedangkan dari sisi jumlah kesepakatan investasi, Singapura memimpin dengan porsi 37%. Lalu Indonesia (27%), Vietnam (14%), Malaysia (12%), Thailand (6%), dan Filipina (5%).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, terdapat 2.100 start up di Indonesia sampai dengan September 2021. Tidak hanya jumlahnya yang banyak, sektor yang digarap pun kian luas, seperti fintech, agritech, edutech, healthtech, property tech, sampai e-commerce.
Hasilnya, inklusi keuangan ikut terkerek cukup besar pada 2019 menjadi 76,19% dibandingkan dengan 2016 masih di level 67,8%. Dengan perkembangan ekonomi digital saat ini, pemerintah optimistis target inklusi keuangan mencapai 90% pada 2024 bisa terealisasi.
BUMN Turun Gunung
Seolah tak mau terlalu tertinggal jauh, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akhirnya mengumumkan siap menyokong industri start up dalam negeri. Ia berkata, BUMN akan menyiapkan pendanaan untuk start up melalui tiga perusahaan modal ventura milik perusahaan pelat merah.
Ketiga perusahaan BUMN tersebut yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk lewat MDI Ventures, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk lewat Mandiri Capital dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk lewat BRI Ventures.
BUMN memiliki empat modal ventura yakni MDI Ventures di bawah Telkom, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), BRI Ventures, dan Mandiri Capital Indonesia. BNI juga berencana mendirikan perusahaan sejenis.
"Kami siapkan pendanaannya di Telkom, Mandiri, dan BRI ventures. Karena kenapa? Kebanyakan unicorn dan startup Indonesia sekarang dimiliki oleh asing," kata Erick Thohir, Sabtu, 23 Oktober 2021.
Menurut Erick, bukan salah anak muda Indonesia saat start up dan unicorn Indonesia dimiliki oleh asing. Dia mengakui selama ini pemerintah tidak pernah hadir untuk mereka. Pembiayaan ini akan ditargetkan meluncur pada minggu kedua Desember 2021.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyatakan, “Meskipun terbilang relatif terlambat, namun lembih baik memang start up kita didominasi oleh investor domestik,” kata Bhima pada TrenAsia.com beberapa waktu lalu.
Alasannya, pertama, ketika start up mulai menghasilkan profit, keuntungan tersebut cenderung lebih banyak dibawa keluar dari Indonesia menuju negara asal investornya masing-masing. Keluarnya devisa dari tiap pembagian profit ke investor asing bisa mengakibatkan tekanan nilai tukar rupiah dan memengaruhi neraca pembayaran Indonesia.
Kedua, muncul kekhawatiran start up lokal akan menjadi saluran barang-barang impor dari negara asal investor. Suntikan modal ke start up dianggap sebagai salah satu jalinan rantai distribusi produk asing ke Indonesia.
Peran Perusahaan Modal Ventura
Peran perusahaan modal ventura (PMV) terhadap perkembangan start up kian besar. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan start up, PMV juga kian subur baik dari aset hingga penyertaan modalnya.
OJK mencatat pembiayaan atau penyertaan modal PMV mengalami tren peningkatan sebesar 28,85% year on year (yoy). Per Juni 2021, pembiayaan PMV sudah mencapai Rp15,88 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp12,72 triliun.
“Makin banyak start up yang didanai, maka PMV juga makin mudah mendapatkan pendanaan untuk melakukan penyertaan modal,” kata Direktur Pengawasan Lembaga Pembiayaan, OJK IKNB, Yustianus Dapot dalam webinar Amvesindo, Kamis 16 September 2021.
Yustianus merinci, komposisi penyertaan PMV didominasi oleh pembiayaan usaha produktif sebesar Rp10,18 triliun atau 64,12% dari total pembiayaan. Di posisi kedua adalah penyertaan saham sebesar Rp4,98 triliun (31,39%).
Sisanya sebesar 4,46% diberikan melalui obligasi konversi sebesar Rp709 miliar dan surat utang sebesar Rp4 miliar.
Dalam perjalanannya, pembiayaan mayoritas disalurkan pada sektor ekonomi perdagangam restoran dan hotel sebesar 55%. Diikuti sektor ekonomi jasa pendukung bisnis sebesar 17% dan sektor ekonomi konstruksi 8%.
Saat ini, terdapat 59 PMV di Indonesia. Adapun asetnya per Juni 2021 mencapai Rp21 triliun, naik 13,10% yoy dari sebelumnya Rp19 triliun.
Sayangnya, laba pada Juni 2021 mengalami penurunan sebesar Rp177 miliar atau 68,8% yoy. Pada Juni 2021, laba PMV susut menjadi Rp81 miliar, padahal periode tahun lalu berhasil mencetak laba sebanyak Rp258 miliar.
Portofolio Mandiri Capital Indonesia (MCI)
Saat dihubungi TrenAsia.com terkait mandat Erick Thohir, Direktur Utama MCI, Eddi Danusaputro masih enggan berkomentar tentang teknis suntikan modal tersebut, “Saya belum bisa berkomentar apa-apa soal itu ya,” kata dia beberapa waktu lalu.
Eddi mengatakan sektor yang menarik investor salah satunya adalah financial technology (fintech), termasuk adalah sub kategorinya yakni wealth management. Selain itu, e-commerce, logistik, education technology, health technology, food tech, insurtech, dan pertanian.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, MCI tidak hanya berfokus pada valuasi perusahaan, melainkan yang bisa memberikan operating cashflow dari pengelolaan portofolionya.
"MCI tidak hanya sekadar investasi tapi juga mendorong pemain baru yang punya operasional bisnis di Indonesia dan memiliki rencana untuk IPO, itu akan jadi fokus ke depan," kata Darmawan dalam konferensi pers kinerja Bank Mandiri kuartal III-2021, (28/10).
Fintech:
GoTo, Koinwoks, Investree, Yokke, Halofina, PrivyID, Ayoconnect, LinkAja, Crowde, Amartha, Cashlez.
e-commerce: Bukalapak.
Teknologi SaaS: Mekari, iSeller.
Perusahaan konsorsium: PTEN.
Portofolio BRI Ventures
Fintech: Modalku, Investree, Nium, Payfazz, Awan Tunai, Ayoconnect, LinkAja.
Kuliner: Haud, Yummy Corp
e-commerce: Bukalapak
Pertanian: TaniHub, Sayurbox
Ritel: Brodo. Logistik: Andalin.
Teknologi SaaS: Majoo.
Portofolio MDI Ventures
Fintech: Kredivo, Nium, Amartha, Cermati, Privy IDE, PayFazz, Codpay, Red Dot Payment, OY! Indonesia, QFPay, Julo.
Logistik: Sicepat, Paxel, Roambee, LuwjistiK, Waresix, Paxel IDE.
e-commerce: Evermos, aCommerce, WeBuy.
Healthech: Alodokter, mClinica, CXA Group, Heals.
Edutech: Sekolahmu, Bahaso.
Cloud Technology: Whispir, Panviva, Cloudike, Wavecell.
Artificial Intelegence: Kata.ai, Nodeflux.
Pertanian: TaniHub. Perikanan dan kelautan, Aruna.
Ekonomi Hijau: Manusbio.
Smart City: Qlue.
e-Sports: Mobile Premier League.
Teknologi dan Manajemen: RUN System, Geniee, ObserveIT, LotusFlare, Element, Ncomputing, Sonar, Volantis.
Ritel: Fabelio, Sinbad.
Insurtech: Qoala
Penyedia loyalty dan hadiah: TADA, Postr.
Teknologi luar angkasa: Loft Orbital.
Wisata: Goers, Opsigo.
Teknologi audio: Inspigo. Periklanan: Adskom.
Teknologi SaaS: Anchanto, Ematic.
Kendaraan listrik: Beam.