Tak Perlu Rogoh Kocek Dalam, Startup Edukita Siap Beri Pengalaman Belajar Internasional bagi Anak Indonesia
- Daya saing internasional menjadi bekal untuk menghadapi masa depan. Penguasaan bahasa asing pun penting menjadi dasar untuk peningkatan daya saing. Sayangnya, masih banyak yang terkendala untuk maju bersaing karena berbagai keterbatasan, terutama dalam hal biaya, kualitas edukasi, dan keberadaan tenaga ajar yang profesional.
Industri
JAKARTA – Daya saing internasional menjadi bekal untuk menghadapi masa depan. Penguasaan bahasa asing pun penting menjadi dasar untuk peningkatan daya saing. Sayangnya, masih banyak yang terkendala untuk maju bersaing karena berbagai keterbatasan, terutama dalam hal biaya, kualitas edukasi, dan keberadaan tenaga ajar yang profesional.
Berdasarkan laporan World Bank, anak yang telah terbiasa menggunakan bahasa asing di lingkungan sekolah akan lebih menikmati pengalaman belajar 1 . Namun, jika sistem belajar yang mengharuskan anak untuk belajar dalam bahasa yang kurang dikuasai, hal ini berdampak pada minat belajar yang menurun.
Hal ini tergambar dari data bahwa 37% siswa yang memiliki pendapatan rendah menengah tidak diajarkan bahasa yang mereka pahami, dan seringkali, mengikuti Pendidikan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu (MTB-MLE) itu mahal dan berat.
- 66 Tahun BCA: Dibesarkan Grup Salim, Dinikmati Grup Djarum
- The Strokes Bakal Konser Perdana di Indonesia! Cek Jadwalnya
- Selesaikan Daftar Piutang Tetap, Totalindo (TOPS) Minta Perpanjangan PKPU 75 Hari
Menjawab gap tersebut, platform Edukita siap memberi pengalaman belajar internasional lewat pendidikan bahasa Inggris yang efektif dan lebih terjangkau bagi anak di seluruh Indonesia. Kehadiran guru penutur asli (native) dengan pengalaman mengajar English as Second Language (ESL) memberikan pengalaman belajar yang lebih modern (bukan hafalan), interaktif dan menyenangkan karena akan membiasakan anak dalam bertutur bahasa asing dan melibatkan anak dalam banyak hal.
Peter Gumulia, CEO & CoFounder Edukita menjelaskan, “Edukita dimulai dengan keyakinan bahwa semua anak Indonesia bisa lebih kompetitif secara internasional untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0. Hal ini dapat dimulai dari kompetensi berbahasa Inggris, baik dalam menulis, berbicara, hingga mengekspresikan ide atau opini. Sayangnya, banyak program berkualitas yang sulit dijangkau dari segi biaya dan fokus untuk menaikkan nilai/ lulus ujian, bukan membangun kompetensi yang dapat digunakan seumur hidup.”
Peter yang merupakan alumni Harvard Business School melalui jalur LPDP, meninggalkan karir sebagai Vice President di salah satu perusahaan teknologi di Indonesia untuk fokus mengembangkan Edukita.
Peter melanjutkan, "Kami percaya bahwa belajar adalah proses eksplorasi untuk dapat membuka wawasan, mengasah kemampuan berpikir kritis mandiri dan mendukung terbentuknya kompetensi yang berguna bagi setiap individu sesuai dengan tantangan zaman. Kami berupaya menghadirkan platform yang memberikan pembelajaran yang berkualitas, modern dan lebih terjangkau dari segi biaya. Fokus pada pengalaman belajar yang biasanya ditemukan di sekolah internasional, kami berharap Edukita bisa mendorong anak-anak Indonesia untuk semakin berkembang dan menemukan potensi mereka.”
Selain tenaga pengajar profesional dan kurikulum internasional yang mengacu pada CEFR dari Eropa dan ACTFL dari Amerika Serikat, Edukita senantiasa menerapkan metode progressive learning untuk lebih melatih perkembangan anak.
Sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka untuk pembelajaran yang 1 World Bank, Effective Language of Instruction Policies for Learning lebih relevan dan interaktif, metode belajar Edukita lebih menyenangkan dan melibatkan partisipasi dua arah sehingga lebih meningkatkan kepercayaan diri anak, kemampuan problem solving, dan kebiasaan berpikir kritis.
Siswa tidak hanya belajar mengenai bahasa (tata bahasa dan kosakata), tapi juga belajar melalui bahasa di Edukita. Beberapa area pengembangan di Edukita melatih keterampilan praktik verbal (conversation) dan menulis (writing), bukan hanya teori dan hafalan pada umumnya.
Selama ini, banyak anak bergantung pada metode hafalan ketika belajar untuk mencapai nilai yang baik. Namun jika dilihat berdasarkan data reading performance (PISA) yang mengukur kemampuan pemahaman anak setelah membaca dan menghafal, Indonesia memiliki skor sebesar 371 poin, batas terendah PISA.
Edukita bisa diikuti oleh berbagai range usia dari 4-18 tahun dengan jadwal belajar yang beragam. Selain program dasar, Edukita menawarkan beberapa program menarik lainnya seperti belajar mengekspresikan ide ala TED Talks lewat program Public Speaking: Junior TED-talkers, dan TOEFL Preparation untuk usia 15 - 18 tahun.
- Di Tengah Kasus Meikarta, Bank Nobu Milik Lippo Juga Terancam OJK
- Mengenal Bisnis Subagio Wirjoatmodjo, Paman Wamen BUMN yang Digugat Pailit
- Tunda Bayar Bunga Obligasi, Saham Waskita Karya (WSKT) Kena Suspensi BEI
Salah satu orang tua murid yang telah mengikuti program Edukita memberikan komentar terhadap hasil pembelajaran anaknya, “Shabira adalah tipe anak yang senang cerita. Saya merasa ada peningkatan yang cukup signifikan. Ketika awal mencoba, Edukita memberikan atmosfer yang menyenangkan lewat cara belajarnya yang dilakukan dengan cara bercerita.
Di sana anak banyak belajar hal menyenangkan dan topiknya selalu menarik. Belajar disini juga membuat mereka mempelajari kosakata di real life karena pertama kali anak saya berbicara dengan native speaker itu di Edukita, ada pembelajaran skill yang bisa digunakan di masa depan hingga membuatnya tak kalah dengan anak-anak yang mendapat pendidikan internasional.”
Edukita menawarkan paket penawaran yang terjangkau dan bersaing. Orang tua bisa mencoba trial secara gratis untuk bisa mengetahui cara belajar di Edukita. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi halaman https://www.edukita.com/. *